Blibli Mitra sudah berdiri selama satu tahun. Pihaknya pun menyadari bahwa adaptasi teknologi menjadi kendala untuk UMKM naik kelas dan menghasilkan pundi-pundi lebih banyak.
"Blibli Mitra baru mulai satu tahun setelah luncurkan akhir November tahun lalu, kita masih dalam pengembangan, kenapa? Kita ingin mengambil bagian memberikan solusi pelaku bisnis yang tradional, para UMKM, supaya bisa akses digital dan berkembang," ucap David Michum, Vice President Offline-to-Online Blibli.
Dalam percakapan bersama detikINET, Selasa (24/11), David mengatakan ada 64 juta pelaku bisnis UMKM di Indonesia dan pihaknya fokus pada 3,5 juta yang merupakan warung dan toko kelontong. Seperti layaknya usaha mikro, kendala terbesar masih adopsi ke dunia digital sehingga pihaknya mengambil sejumlah tindakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang kita lakukan ada tahapan dan ada beberapa bentuk, mulai dengan kita memberikan solusi. Solusinya membuat warung dan toko kelontong tradisional mendapatkan peningkatan pendapatan dan akses, akses digital kami sudah menyediakan," kata David.
Berbagai produk yang bisa dijual adalah produk digital semisal pulsa, paket data, token listrik dan lain sebagainya. Ada juga grosir yang siap dibayarkan dengan berbagai metode pembayaran.
Tahapan kedua, Blibli Mitra juga berusaha menyiapkan aplikasi semudah dan senyaman mungkin sehingga user bisa dengan mudah memakainya terlepas dari masalah umur. Selain itu, aplikasinya juga didesain ringan dengan ukuran hanya 1,7 MB.
Selanjutnya, tidak hanya mengajak bergabung, Blibli Mitra juga melakukan pendampingan oleh tim di lapangan. Mereka bertugas mengenalkan transaksi digital mulai dari melihat saldo, berapa transaksi digital, jumlah cash back, hingga mencatat hutang.
"Ngutang bisa dicatat juga, semua ada pencatatan juga, jadi bisa diingatkan kalau dia datang lain hari," tutupnya.
(ask/fay)