Duel Raksasa China dan Amerika di e-Commerce Indonesia
Hide Ads

Duel Raksasa China dan Amerika di e-Commerce Indonesia

Tim - detikInet
Selasa, 17 Nov 2020 12:00 WIB
BRISTOL, UNITED KINGDOM - AUGUST 11:  In this photo illustration a man uses a credit card to buy something online on August 11, 2014 in Bristol, United Kingdom. This week marks the 20th anniversary of the first online sale. Since that sale - a copy of an album by the artist Sting - online retailing has grown to such an extent that it is now claimed that 95 percent of the UK population has shopped online and close to one in four deciding to shop online each week.  (Photo Illustration by Matt Cardy/Getty Images)
Ilustrasi belanja online. Foto: GettyImages
Jakarta -

Pasar toko online di Indonesia memang besar potensinya. Tak salah jika perusahaan e-commerce baik lokal maupun asing berlomba-lomba untuk menggarapnya, termasuk dengan bantuan dari para raksasa teknologi mancanegara. Beberapa perusahaan tenar dari China dan Amerika Serikat turut ikut serta.

Dalam studi yang dilakukan Google dan Temasek, pasar ekonomi digital di Asia Tenggara diperkirakan akan bernilai USD 200 miliar di tahun 2025. Tentunya, Indonesia menjadi pasar paling besar potensinya, dikarenakan jumlah penduduk dan akses internet makin luas.

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dalam data terbaru menyebutkan berdasarkan hasil survei penetrasi pengguna internet di Q2 (2019-2020), jumlah pengguna internet Indonesia saat ini mencapai 196,7 juta dari 266 juta penduduk, atau sekitar 73,7%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

APJII juga menyebut belanja online jadi salah satu aktivitas utama netizen Indonesia. Produk fashion dan kecantikan, produk rumah tangga, dan produk elektronika adalah tiga produk yang banyak dibeli pengguna saat belanja di e-commerce. Sedangkan marketplace favorit pengguna berdasarkan survei ini secara berurutan adalah Shopee, Lazada, Tokopedia, dan Bukalapak.

Maka tak heran jika pemain e-commerce besar berlomba mencari peluang di Indonesia. Mereka mendapat pendanaan besar dari perusahaan raksasa mancanegara. Dihimpun detikINET, Selasa (17/11//2020) berikut adalah petanya:

ADVERTISEMENT

1. Tokopedia

Tokopedia yang didirikan William Tanuwijaya baru saja mendapatkan pendanaan dari Google. Raksasa internet itu tidak sendirian, Temasek yang merupakan perusahaan investasi asal Singapura, juga turut bergabung menyuntik dana segar.

Belum diketahui secara pasti berapa jumlah pundi-pundi yang mengalir dari Google ke kantong Tokopedia. Akan tetapi, disebutkan Google sekarang memegang saham 1,6%, sedangkan Anderson Investments yang berafiliasi dengan Temasek memiliki saham 3,3%, berdasarkan dokumen yang diajukan ke Kementerian Hukum dan HAM tertanggal 4 November 2020 kemarin.

Sejauh ini, Softbank Group menjadi pemegang saham mayoritas Tokopedia sebesar 33,9%. Kepemilikan saham Softbank itu melalui berbagai entitas, termasuk Vision Fund. Setelah itu, Alibaba Group jadi pemegang saham kedua di e-commerce ini dengan kepemilikan 28,3%.

Halaman selanjutnya: Shopee sampai Bukalapak...

2. Shopee

Shopee belakangan menjadi salah satu e-commerce paling banyak pengunjungnya di Indonesia. Kantor pusat Shopee berbasis di Singapura dan berada di bawah induk Sea Group, sebelumnya bernama Garena.

Sea juga adalah induk usaha Shopee yang beroperasi di Indonesia melalui kepemilikan 100% terhadap PT Shopee International Indonesia.

Nah, salah satu investor besar Sea Group adalah Tencent, raksasa teknologi China yang didirikan oleh triliuner Pony Ma atau Ma Huateng. Menurut CNBC Indonesia, Tencent memiliki 34% saham pada SEA.

3. Lazada

Lazada adalah e-commerce yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh Alibaba, raksasa toko online yang didirikan oleh Jack Ma. Alibaba sebagai penguasa e-commerce di Tiongkok, mulai menancapkan cengkramannya di Indonesia pada April 2016 silam.

Kala itu Alibaba membeli 51% saham Lazada senilai USD 1 miliar, sehingga membuatnya menjadi pemegang saham utama e-commerce asal Jerman tersebut.

Tak puas dengan jumlah itu, pada tahun 2017 Alibaba kembali meningkatkan kepemilikannya di Lazada hingga 83% dengan total investasi mencapai USD 4 miliar. Tak hanya di Lazada, Alibaba juga menanamkan dana di Tokopedia.

4. Bukalapak

Bukalapak belum lama ini mendapatkan dana segar. Microsoft dikabarkan menginvestasikan dana senilai USD 100 juta setara Rp 1,4 triliun ke Bukalapak.

Di transaksi ini Microsoft bersama pendukung lainnya GIC Pte dan Grup Emtek, mereka menginvestasikan dengan penilaian antara USD 2,5 miliar dan USD 3 miliar. Pendukung lain Bukalapak termasuk Ant Group Co yang juga milik orang terkaya China Jack Ma.

Mengawali kerja sama antara Bukalapak dengan Microsoft, Bukalapak akan mengadopsi Microsoft Azure sebagai platform cloud yang mereka andalkan.

Halaman 2 dari 2
(fyk/fay)