Cerita East Ventures Jadi Investor Awal di Tokopedia, Deal dalam 48 Jam!
Hide Ads

Cerita East Ventures Jadi Investor Awal di Tokopedia, Deal dalam 48 Jam!

Nurcholis Ma - detikInet
Sabtu, 07 Nov 2020 15:15 WIB
Karyawan Tokopedia
Foto: dok. Tokopedia
Jakarta -

Co-Founder and Managing Partners dari East Ventures (EV), Willson Cuaca membeberkan pertemuan pertama hingga alasan menjadi investor awal di Tokopedia pada tahun 2009 silam. Pada saat yang sama, Co-Founder Tokopedia, William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison justru mendapatkan banyak penolakan.

Awalnya Willson bercerita tentang pre-investasi dari Tokopedia yang nantinya mengarah ke investasi Tokopedia. Pada tahun 2009 ketika memulai East Ventures, ia mengatakan melihat tiga hal di Indonesia. Pertama, Indonesia hanya memiliki 30 juta populasi atau pengguna internet dari total 230 juta penduduk.

"Artinya, penetrasi internet Indonesia saat itu sekitar 13%. Jumlah ini memang sangat rendah, tetapi ini berarti pertumbuhan akan berlangsung dengan cepat, gelombang besar pengguna internet akan datang," ujar dia dalam Tokopedia Podcast (Topcast), dikutip Sabtu (7/11/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mengapa? Karena pada saat itu Indonesia memiliki 11 provider telekomunikasi sehingga terjadi persaingan harga pada paket data yang membuat harga menjadi turun. Hal ini secara signifikan akan meningkatkan jumlah pengguna internet," imbuhnya.

Kedua, beberapa layanan dari luar negeri ada di Indonesia tanpa perlu melakukan apa-apa. Platform seperti Facebook dan Twitter sudah banyak digunakan di Indonesia meski tidak memiliki kantor untuk melayani penggunanya di Indonesia.

ADVERTISEMENT

Lalu ketiga, saat itu blackberry ada di mana-mana. Willson mengatakan artinya terdapat perangkat seluler revolusioner yang akan mengikuti Anda, layar yang 24/7 sangat dekat dengan Anda, dan menjadi komputer kecil Anda. Ia berpikir ini akan mengubah dasar-dasar bisnis digital.

"Tapi, apa yang akan kita investasikan saat itu? Kami datang dengan konsep model kapsul waktu. Jika melihat sejarah internet, ekonomi digital, hal itu selalu dimulai dengan e-commerce, seperti AS, Rusia, Jepang, Cina, Singapura, di Indonesia pun menurut kami akan sama," ujar Willson.

"Jika kita memahami cerita yang ada di luar negeri, dan kita melihat Indonesia, kita sebenarnya bisa meramalkan apa yang akan terjadi dalam ekonomi digital di Indonesia. Menurut kami, e-commerce adalah lokomotif perekonomian, jadi untuk alasan tersebut, kami memutuskan bahwa kami perlu berinvestasi di e-commerce. Jadi itulah hipotesis besarnya," sambungnya.

Pertemuan dan Kesepakatan dengan Tokopedia

Willson mengatakan kemudian mulai melakukan riset dan entah bagaimana bisa menemukan nama Tokopedia. Perkenalan dirinya dengan Tokopedia ada kaitannya dengan kaos 'Kami Tidak Takut' karena pada saat itu ada teror bom di Indonesia.

"Kalau saya tidak salah, ketika Tokopedia diluncurkan pada 17 Agustus 2009, itulah ketika saya tertarik pada kaos 'Kami Tidak Takut'. Dan entah bagaimana, itu mendorong seluruh branding dan transaksi Tokopedia pertama kali, sehingga saya mengirim email ke William, 'Hei William, apa kabar? Saya melihat kampanye kamu, dapatkah kita bertemu? Iya, lalu dia bilang, 'ayo ketemu!'," ujar Willson.

Willson lalu langsung terbang ke Jakarta dan bertemu dengan William. Di pertemuan ini, William menceritakan kisah bagaimana dia memulai Tokopedia. Menurut Willson, waktu itu jumlah transaksi di Tokopedia hanya sekitar 100 per hari, sangat rendah, dan hampir nol.

"Jadi, kami melihat William dan Leon, tepat ketika mereka menggambarkan impian mereka, apa yang ingin mereka lakukan untuk mengubah perdagangan, dan bagaimana mereka ingin membantu pedagang kecil, kami seperti terpesona," urai Willson.

"Entah bagaimana semua proses berjalan dengan lancar, kami segera mengadakan pertemuan kedua keesokan harinya, dan di sore hari kami sudah mencapai kesepakatan. Jadi, kesepakatan tersebut terjadi dalam 48 jam, salah satu yang tercepat," jelasnya.

Dulu sebenarnya Willson mengatakan tidak pernah memikirkan apakah itu normal atau tidak saat kesepakatan hanya dilakukan dalam waktu 48 jam. Ia mengatakan hanya tahu bahwa ingin melakukan kesepakatan ini karena menyukai produknya, ingin membantu perusahaan tersebut, dan ini adalah sesuatu yang dapat dilakukan.

"William bercerita tentang bagaimana dia berjuang untuk menggalang dana, dan sebagainya. Kemudian, kami benar-benar membahas tentang bagaimana EV dapat membantu mereka terhubung dengan investor dari Jepang, Singapura, dan lain sebagainya," ujar Willson.

"Dan saya masih ingat hari itu, di mana nama Softbank tiba-tiba muncul di tengah pembicaraan, 'suatu saat nanti, kita akan membuat ini (Tokopedia) besar dan membawanya ke Softbank'. Ini menjadi kenyataan beberapa tahun kemudian," imbuhnya.

Menurut Willson, saat itu dirinya tidak begitu memperhatikan presentasi dari William dan Leon, tetapi lebih membicarakan tentang visi. Ia mencoba untuk memahami kepribadian William dan Leon, apa saja yang ingin mereka capai, apa mimpi mereka, dan sebagainya.

"Jadi, seluruh hipotesis tentang tahapan awal investasi pada dasarnya adalah tentang orang-orangnya, semua tentang para pendiri. Selama kita merasa nyaman dengan mereka dan kita tahu bahwa mereka memiliki impian besar, serta ada perasaan bahwa mereka dapat menjalaninya walaupun mereka belum terlalu tahu saat itu, maka penting bagi kita untuk mengambil keputusan untuk menaruh uang kita dan bertaruh bahwa mereka bisa berhasil. Jadi, kami sangat beruntung sudah bertaruh di Tokopedia, dan ternyata berhasil," jelas Willson.

Selalu Siap dengan Peluang

Willson menyebut cerita ini tidak mudah ditiru oleh Venture Capital lain. Sebab ada banyak hal yang terjadi, harus ada semesta yang mendukung, dan banyak hal lainnya. Beberapa orang mengatakan bahwa ini keberuntungan.

Diungkapkannya, William pernah berkata apa itu keberuntungan? Keberuntungan adalah saat kesempatan bertemu dengan persiapan. Ia berpikir tim Tokopedia saat itu sudah mempersiapkan sejak lama untuk menerima investasi dana, dan begitu ada peluang, mereka langsung mengambilnya. Namun, pihaknya juga telah siap untuk berinvestasi dengan semua hipotesis yang dimiliki, dan ketika ada peluang, pihaknya sudah siap.

"Ya, sampai saat ini kalau ngobrol bersama William, dia selalu mengatakan 'Bisa dibayangkan suatu hari nanti'. Ya, dia suka menggunakan kata-kata seperti itu. Apapun yang dia ingin lihat di masa depan, dia selalu mengatakan 'coba kita bayangkan suatu saat Tokopedia akan melakukan ini dan akan melakukan itu?', saya rasa dia menggunakan kata yang sama saat itu. Selain itu, ada banyak pula hal yang terjadi," ujar dia.

"William datang dari Siantar, bukan? Saya juga berasal dari Medan, sehingga ada semacam koneksi. Kami juga coba membaca bahasa dan gerak tubuh, karena sekali lagi, investasi pada tahap awal adalah tentang manusia. Rasanya seperti ada koneksi dan kami merasa nyaman satu sama lain," imbuhnya.

Lebih lanjut Willson mengatakan tantangan yang dihadapi pascainvestasi di Tokopedia. Sebab saat itu beberapa bulan kemudian Telkom mengumumkan Plasa.com bersama dengan eBay berhasil mengumpulkan dana sekitar U$D2 juta. Sementara itu, jumlah yang EV investasikan di Tokopedia saat itu adalah U$D 250 ribu.

"Dulu, ada cerita tentang David vs Goliath dan saya rasa perjalanan Tokopedia sesuai dengan cerita tersebut. Tak lama kemudian, Rakuten datang ke Indonesia dan mendirikan cabang di sini. Setelah itu, Multiply mengumpulkan 100 juta dolar, lalu pindah ke Jakarta dari Florida, untuk bersaing dengan marketplace Indonesia," ujar Willson.

"Selalu ada cerita tentang orang hebat yang datang untuk bertempur, dan Tokopedia selalu memposisikan diri sebagai David, sebagai underdog yang melawan orang besar tersebut, hingga saat ini. Menurut saya itulah keunikan Tokopedia sejak hari pertama, mereka tidak pernah menyerah, dan percaya pada impian mereka," pungkasnya.




(mul/ega)