Ledakan ekonomi digital membuat kebutuhan akan penyimpanan data digital meningkat drastis. Namun sayangnya, data center juga diprediksi menjadi salah satu sumber emisi karbon dunia.
Pada 2040 mendatang, emisi karbon dunia yang berasal dari data center diprediksi mencapai 14%. Untuk itulah banyak negara yang sudah memberlakukan peraturan ketat soal emisi karbon yang dihasilkan dari sektor teknologi.
Salah satunya China, yang melarang penggunaan data center dengan power usage effectiveness (PUE) dengan angka 1,5 atau lebih tinggi. Lalu perusahaan seperti Microsoft yang sudah menyatakan komitmennya untuk memangkas emisi karbon mereka sampai negatif pada 2030 mendatang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Globalisasi digital akan terus melambung dan sangatlah penting untuk organisasi saat ini dibandingkan sebelumnya untuk menerapkan cara-cara yang lebih cerdas dan lebih bersih dalam mengkonsumsi energi agar tetap kompetitif," kata Darren Hawkins, CEO SpaceDC dalam keterangan yang diterima detikINET.
"Selain efisiensi biaya, Green Data Center adalah kunci model bisnis masa depan yang berkelanjutan dan jangka panjang. Green Data Center pertama kami di wilayah ini terbuka untuk kesuksesan yang luar biasa dan kami mendorong lebih banyak organisasi untuk bergabung bersama kami menuju jalan berkelanjutan," lanjutnya.
Dengan adanya peraturan-peraturan pemerintah ditambah dengan peningkatan keseluruhan pengeluaran untuk hosting dan mempertahankan infrastruktur digital, baik untuk penyedia dan konsumen, maka terlihat lebih banyak perusahaan-perusahaan mulai mengevaluasi kembali metodologi ramah lingkungan mereka dan bergerak menuju Green Data Center.
Adanya pergeseran paradigma dari Data Center tradisional ke Data Center berkelanjutan menjadi sangat penting bagi keberhasilan bisnis dan kepedulian terhadap masa depan yang lebih memperhatikan lingkungan yang hijau, serta tren menuju Data Center yang lebih hemat energi akan terus meningkat.
(asj/fay)