Lisensi Microsoft Kemahalan buat Organisasi Riset Nuklir Eropa
Hide Ads

Lisensi Microsoft Kemahalan buat Organisasi Riset Nuklir Eropa

Anggoro Suryo Jati - detikInet
Sabtu, 15 Jun 2019 18:02 WIB
Foto: Vittorio Zunino Celotto/Getty Images
Jakarta - Selama 20 tahun terakhir, Organisasi Riset Nuklir Eropa (CERN) sudah menggunakan produk Microsoft. Namun kini mereka mulai menggantinya dengan software open source.

Alasan penggantian itu adalah Microsoft sebelumnya memberikan diskon khusus institusi akademik untuk CERN. Namun pada Maret lalu ketika kontraknya berakhir Microsoft tak lagi menganggap CERN sebagai institusi akademik.

Menurut CERN dalam postingan blognya, pada kontrak baru itu nilai lisensinya melonjak menjadi lebih dari 10 kali lipat. Alhasil CERN pun berhenti menggunakan produk Microsoft dan beralih ke software open source, atau yang mereka beri nama sebagai Microsoft Alternatives (MAlt).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT




Tujuan MAlt adalah untuk mengembalikan kontrol penuh kepada CERN, yaitu dengan menggunakan software open source. Jadi mereka tak perlu tergantung pada perusahaan komersial, dan sekaligus menjaga datanya agar tak disentuh oleh 'tangan' lain.

Proyek ini bakal dimulai dengan migrasi layanan email perusahaan, yang pada awalnya difokuskan untuk departemen IT dan sejumlah relawan lain. Jika sukses, CERN akan memindahkan semua email stafnya ke layanan email baru, termasuk peralihan dari Skype for Business ke softphone pilot.

Microsoft sebenarnya mau memberikan harga khusus selama masa peralihan berdurasi 10 tahun ke depan agar institusi itu bisa beradaptasi. Namun CERN tetap menganggap kalau tarifnya masih tetap mahal dan sulit untuk dijangkau secara berkelanjutan.

Di sisi lain, CERN pun berharap bisa menggerakkan institusi lain agar beralih ke software open source. Yaitu dengan menunjukkan kalau mereka bisa membangun layanan intinya tanpa campur tangan perusahaan pihak ketiga.

"Jika perusahaan terus meningkatkan tarifnya, kita bisa lihat akan semakin banyak institusi yang beralih ke software open source," ujar CERN dalam postingan blognya itu, seperti dikutip detikINET dari Engadget, Jumat (14/6/2019).


(asj/krs)