Angin Segar Bagi Huawei di Tengah Himpitan AS
Hide Ads

Angin Segar Bagi Huawei di Tengah Himpitan AS

Fino Yurio Kristo - detikInet
Selasa, 11 Jun 2019 20:52 WIB
Angin Segar Bagi Huawei di Tengah Himpitan AS
Karyawan di kantor pusat Huawei. Foto: Getty Images
Jakarta - Huawei mendapatkan angin segar di tengah cobaan berat masuk daftar blacklist pemerintah Amerika Serikat. Berikut beberapa pertanda baik perusahaan yang berbasis di Shenzhen tersebut.

Dukungan Beberapa Negara

Pemerintah AS berhasil meyakinkan beberapa negara Eropa, Australia, sampai Jepang untuk ikut memblokir Huawei dengan alasan keamanan. Tapi tak sedikit negara yang mengabaikan saran AS, bahkan mendukung Huawei.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satunya negara tetangga Malaysia. Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad baru-baru ini menyebut kalau Malaysia akan sebanyak mungkin menggunakan teknologi buatan Huawei.

"Kemampuan penelitian Huawei jauh lebih besar dari kemampuan Malaysia. Kami akan menggunakan teknologi mereka semaksimal mungkin," ujar Mohamad.




Mohamad pun mengaku tak khawatir atas tuduhan aktivitas spionase yang dituduhkan AS ke Huawei karena menurutnya Malaysia adalah negara yang 'open book'. Ia pun menyebut Huawei mempunyai teknologi yang jauh lebih hebat dari AS.

Selain itu Mohamad pun menyeubt AS seharusnya menerima kenyataan bahwa penelitian dan pengembangan yang hebat kini juga bisa ditemukan di negara Timur.

"'Jika saya tak lebih hebat maka saya akan memblokir anda, saya akan mengirimkan kapal perang' - itu bukan kompetisi. Itu hanya membuat ancaman," tambahnya.

Rusia juga memastikan akan memakai teknologi Huawei. Huawei telah menandatangani kerjasama dengan operator telekomunikasi terbesar di Rusia, MTS, untuk mengembangkan dan meluncurkan fase uji coba jaringan generasi kelima pada tahun 2019 dan 2020.

Perjanjian ini ditandatangani oleh Chairman Huawei Guo Ping dan CEO MTS Alexey Kornya, dan disaksikan oleh Presiden China Xi Jinping serta Presiden Rusia Vladimir Putin. Sebuah sinyal kuat bahwa Rusia mendukung Huawei.

"Kami berdua menambah momentum kepada kerjasama strategis antara dua perusahaan di teknologi tingkat tinggi, yang kemudian membangun fondasi untuk peluncuran 5G komersial di Rusia dalam waktu dekat," tulis Kornya.

Halaman Selanjutnya: Google Membela Huawei


Google Membela Huawei

Karyawan Huawei berpayung. Foto: Reuters
Pukulan terberat Huawei mungkin datang dari Google, di mana Huawei dilarang memakai versi penuh Android. Belakangan, Google disebut tengah membela Huawei terkait pemblokiran perusahaan asal China itu oleh Pemerintah Amerika Serikat.

Menurut Google seharusnya pemerintah AS bisa memberikan teknologi kepada Huawei untuk menjaga keamanan nasional AS. Inti dari argumen Google adalah Huawei akan lebih berbahaya jika mereka terpaksa menggunakan Android versi modifikasi atau hibrid.

Menurut Google, Android versi modifikasi itu malah lebih rentan diretas, bahkan tak cuma oleh China. Jadi, menurut Google, lebih baik Huawei tetap diperbolehkan menggunakan OS Android seperti biasa karena keamanannya lebih terjamin.

Argumen lengkap Google tak diungkap sumber yang dikutip Financial Times, namun rasanya bisa mudah diasumsikan. Karena tak bisa menggunakan Android, Huawei dipaksa menggarap OS sendiri, yang bisa saja merupakan Android modifikasi tanpa menyertakan Google Play Services.

Salah satu komponen di Services itu adalah Play Protect, semacam antivirus untuk menandai malware, virus, dan ancaman keamanan lain. Jadi ponsel tanpa komponen itu akan lebih gampang dijebol.

Sinyal dari Donald Trump

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, memberi sinyal bahwa sanksi buat Huawei bisa diperingan. Akhir Mei lalu, Trump menyiratkan dia mau bernegosiasi dengan China soal pembatasan bisnis Huawei itu sebagai bagian dari deal dengan Negeri Tirai Bambu. Jadi ada kemungkinan sanksi pada Huawei dicabut.

"Mungkin saja Huawei akan dimasukkan dalam deal perdagangan. Jika kami membuat sebuah kesepakatan, aku bisa membayangkan Huawei bisa dimasukkan dalam bentuk atau bagian tertentu dalam deal perdagangan," sebut Trump.

Tapi Trump tetap bersikeras bahwa Huawei berbahaya. "Huawei melakukan sesuatu yang sangat berbahaya. Kalian lihat apa yang mereka lakukan dari titik pandang sekuriti, dari sudut pandang militer. Sangat berbahaya," klaim dia.

Mengenai bagaimana bentuk negosiasi dengan Huawei, Trump tak menjelaskan secara mendetail. "Masih terlalu awal untuk mengatakannya. Kami sangat khawatir tentang Huawei dari sudut pandang keamanan," tambah Trump.

Dalam pernyataan terbarunya ke CNBC, Trump mengeluarkan komentar senada. "Aku melihatnya (Huawei-red) sebagai sebuah ancaman. Di saat yang sama, bisa saja kami melakukan sesuatu dengan respek pada Huawei sebagai bagian dari negosiasi perdagangan kami dengan China," kata suksesor Barack Obama itu.

Trump menyatakan bukan niatnya menjatuhkan perusahaan asal China. "Aku tak ingin membuat perusahaan-perusahaan mereka keluar dari bisnis. Saya ingin China baik-baik saja. Tapi jujur saja, aku tidak ingin mereka melakukan sebaik yang kita lakukan," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(fyk/krs)