Hal ini merujuk pada status keduanya yang sama-sama belum dapat meraih keuntungan walaupun sudah memutuskan untuk IPO. Walau demikian, ada beberapa aspek yang membuat keduanya memiliki perbedaan di masa-masa awalnya dalam menjual saham perusahaan kepada publik.
Salah satunya adalah, Uber sudah lebih besar ketimbang Amazon saat perusahaan besutan Jeff Bezos itu melantai di bursa. Selain itu, pertumbuhan pendapatannya pun juga sudah mengalami perlambatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Banyak perusahaan privat yang menahan cukup lama untuk bisa menjadi perusahaan publik. Kami lebih besar, lebih matang ketika menjadi perusahaan terbuka, dan jika kamu melihat tingkat pertumbuhan kami, pengguna kami tumbuh 33% dalam satu tahun terakhir," tuturnya.
"Untuk bisa menumbuhkan transaksi sebesar 36% menjadi USD 50 miliar sudah cukup luar biasa, dan kami berharap untuk terus melaju," katanya menambahkan, sebagaimana detikINET kutip dari CNBC, Minggu (12/5/2019).
Baca juga: Melantai di Bursa Saham, Uber Babak Belur |
Belum untungnya Uber memang menjadi perhatian besar bagi para investor terhadap penyedia jasa ride-hailing ini. Terlebih, performa mereka di hari pertama IPO justru terbilang buruk. Mereka diprediksi bakal memiliki valuasi sebesar USD 120 miliar, namun malah terjerembap ke angka USD 75,46 miliar.
Menarik untuk ditunggu apakah Uber akan benar-benar menjadi Amazon berikutnya. Jika iya, tentunya ia akan bersanding dengan nama-nama besar lain seperti Apple dan Microsoft, dan bukan tidak mungkin juga bakal menyentuh kapitalisasi pasar sebesar USD 1 triliun seperti mereka.
Gara-gara Uber, Jalan Utama Madrid jadi 'Parkiran Dadakan':