Menurut Ketua Umum Asosiasi e-Commerce Indonesia (idEA) Ignatius Untung saat ini perusahaan tidak butuh talenta digital yang hanya mahir secara teknis melainkan juga memiliki soft skill mumpuni.
"Soft skill itu berperan lebih besar dibanding hard skill," kata pria yang biasa dipanggil Untung ini, saat membuka idEAWorks Pro di Mal Kota Kasablanka, Jakarta, Kamis (11/4/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Technical skill kalo kita bicara soal komputer itu aplikasi. Tapi tanpa operating system atau soft skill, aplikasi itu nggak bisa diinstal dengan baik," sambungnya.
Kurangnya talenta digital yang bisa direkrut oleh perusahaan digital pun menjadi perhatian pemerintah. Staf Khusus Menkominfo Lis Sutjiati bahkan mengatakan Indonesia membutuhkan 600 ribu talenta digital setiap tahunnya dan ini masih sulit dipenuhi.
"Jadi jangan marah-marah kalau sekarang si Go-Jek outsourcing ke India segala macam. Dia sampai mengais-ais, sampe terakhir di Indonesia sudah diambil tapi masih kurang," kata Lis dalam kesempatan yang sama.
Untung pun mengakui adanya gap antara kebutuhan industri dengan tenaga kerja yang ada. Untuk itu mereka mengadakan job fair pertama di Indonesia khusus untuk industri digital. Namanya "idEAWorks Pro".
Peserta job fair ini bisa mencari lowongan pekerjaan dari lebih dari 30 perusahaan digital dari berbagai sektor seperti Blibli, Bhinneka.com, hingga startup unicorn seperti Tokopedia.
Tidak hanya itu, dalam acara yang berlangsung pada tanggal 11-12 April ini peserta juga bisa menghadiri berbagai sesi sharing dan diskusi yang diisi oleh tokoh-tokoh dari industri digital. Seperti Co-founder dan Presiden Bukalapak Fajrin Rasyid; CEO Bhinneka.com Hendrik Tio; President Director Binar Academy Alamanda Shantika, dan masih banyak lagi.
"Ada sesi-sesi yang bisa dikuti dan bisa dicompare lah dengan event yang lain. Jadi yang kita datangkan ini kan selevel orang-orang yang luar biasa semua, berbagi tentang good talent itu kayak apa sih," pungkasnya.
(vim/krs)