Pendapatan besar itu ditunjang oleh posisi Huawei sebagai vendor infrastruktur telekomunikasi terbesar dan produsen smartphone nomor 2 di dunia. Huawei pun bergabung dengan raksasa semacam Apple dan Google yang berhasil membukukan pendapatan tembus USD 100 miliar.
Pertumbuhan di bisnis telekomunikasi agak turun, tapi Huawei menyatakan hal itu bukan karena tekanan AS yang berupaya mengajak para sekutunya memblokir penggunaan perangkat Huawei. Melainkan karena naiknya anggaran di riset dan pengembangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Unboxing! Huawei P30 Pro di Paris |
"Penjualan flat di bisnis operator adalah karena 5G baru mulai. Kami mengharapkan lebih banyak digelarnya skala besar 5G di 2019," ucap Guo Ping, Chairman Huawei yang dikutip detikINET dari South China Morning Post.
Tapi tantangan bagi Huawei memang masih membentang karena AS belum berhenti menuding mereka sebagai ancaman keamanan dan berpotensi jadi mata-mata pemerintah China. Ada angin segar di mana Uni Eropa mengabaikan ajakan AS untuk memblokir Huawei walau posisi mereka belum benar-benar aman.
Inggris baru saja menyatakan bahwa perangkat Huawei punya celah keamanan yang belum juga diperbaiki walau hal itu tidak terkait dengan pemerintah China. Huawi pun langsung memberi tanggapan.
"Laporan Inggris sekali lagi menyatakan perangkat Huawei tidak memiliki back door dan bahwa jaringan di Inggris tidak lebih rentan dibanding tahun sebelumnya," kata Guo.
"Inggris menaikkan persyaratannya untuk kami dan dewan direksi Huawei membuat keputusan memberi investasi awal senilai 2 miliar yuan untuk meningkatkan kapabilitas kami," tambah dia.
(fyk/krs)











































