Canva berkantor di Sydney, Australia. Dalam rangkaian acara Digital Indonesian Media Visit yang diadakan Kedubes Australia Jakarta, detikINET bersama sejumlah media lain diberi kesempatan mengunjungi kantor Canva di Sydney.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Liz mengajak rombongan melakukan tur keliling ruang kerja Canva. Saat ini, Canva punya lebih dari 100 tim dari 12 negara di 3 kantor, salah satu kantornya terletak di Sydney. Liz membeberkan data subscriber Canva.
![]() |
"(Subscriber) dari 190 negara, termasuk Indonesia," sebutnya.
Canva sendiri mendapat predikat sebagai tempat kerja terbaik nomor 1 di Australia. Apa sih yang membuat Canva meraih predikat tersebut?
"Kantor kami sangat santai, Anda bisa bekerja di mana saja," sebut Liz.
Ucapan Liz memang terbukti. Ketika memasuki ruang kerja Canva, suasana sangat nyaman. Orang-orang bisa bekerja di mana saja. Mereka punya dapur sendiri yang bisa dilihat ketika Anda baru menapaki kantor itu.
![]() |
Selain itu, beragam fasilitas hiburan tersedia di Canva. Bahkan, ada panjat tebing mini agar karyawan tidak cuma duduk di balik meja mengerjakan tugas.
"Canva merupakan tempat kerja terbaik nomor 1 di Australia," sebutnya.
Naik ke lantai atas, ruang kerja Canva tetap menarik mata. Karyawan bisa melepas penat mereka dengan berbagai cara.
"Di sana ada piano, Anda bisa bermain musik, tentu memakai headphone tanpa mengganggu yang lain," tutur Liz.
Tak hanya soal ruang kerja yang nyaman. Canva pun punya cara untuk membantu para pekerjanya berkembang. Mereka punya tim hebat yang terdiri dari desainer, pengembang, seniman, pemasar, investor hingga penasihat.
![]() |
Rombongan lalu menemui salah satu founder Canva, Cameron Adams. Dia merupakan eks karyawan Google yang pernah mengerjakan Wave dan banyak proyek lain.
Cameron menyebut, Canva berawal dari Melanie Perkins dan Cliff Obert, juga pendiri startup itu, meluncurkan alat desain online yang memudahkan mahasiswa dan guru membuat buku tahunan sendiri atau Fusion Books.
Ide tersebut kemudian berkembang. Melanie dan Cliff yang menggandeng Cameron lalu meluncurkan Canva pada 2012.
"Mulai dari 10 orang, kini total 400 orang," ungkap Cameron.
![]() |
Cameron menegaskan, butuh proses hingga Canva menjadi besar. Dulu, subscriber Canva hanya puluhan ribu.
"10 ribu orang subscribe awalnya, tapi makin lama berkembang, butuh strategi untuk bisa jadi sustainable," sebut Cameron.
Canva tak akan berhenti di sini. Target besar kini coba mereka raih.
"Dua tahun lalu fokus mengglobal. 2017 mulai tiga bahasa, Prancis, Spanyol, Bahasa Inggris. Ada tim khusus untuk translate. Maunya sih bisa sampai 190 bahasa," tegas Cameron.
(rns/krs)