Ini Saat yang Tepat Dirikan Startup di Indonesia, Kenapa?
Hide Ads

Ini Saat yang Tepat Dirikan Startup di Indonesia, Kenapa?

Adi Fida Rahman - detikInet
Selasa, 27 Nov 2018 18:37 WIB
Head of Strategy & Insights Google Southeast Asia Samuele Saini (Foto: Adi Fida Rahman/detikINET)
Jakarta - Bagi kamu yang punya rencana mendirikan startup, inilah saat yang tepat untuk mewujudkan hal tersebut. Ini alasannya.

Menurut Head of Strategy & Insights Google Southeast Asia Samuele Saini, pertumbuhan ekonomi digital yang begitu tinggi di Asia Tenggara membuat para investor menanamkan banyak dana investasi di kawasan ini. Dalam kurun waktu tiga tahun saja dana segar yang dikucurkan meningkat tajam.

Hasil riset pihaknya, yang bertajuk e-Conomy SEA 2018: Southeast Asia's Internet Economy Reachers an Inflection Point, menunjukkan pada tahun 2015 dana investasi ke perusahaan digital di Asia Tenggara hanya sebesar USD 1,1 miliar. Hanya kurun setahun meningkat menjadi USD 4,7 miliar. Dan pada 2017 jumlahnya melonjak menjadi USD 9,1 miliar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tahun ini mencatat rekor lagi. Baru semester pertama saja sudah meningkat 2,5 kali dari tahun sebelumnya. Dari USD 3,6 miliar menjadi USD 9,1 miliar. Bila dihitung sejak 2015 sudah mencapai USD 25 miliar dana investasi yang masuk ke Asia Tenggara," ujar Samuele saat ditemui di kantor Google Indonesia, Selasa (27/11/2018).

Dana investasi yang masuk paling banyak tersalur ke Unicorn di Asia Tenggara. Mereka adalah Bukalapak, Lazada, Go-Jek, Razer. Grab, Sea, Tokopedoa, Traveloka, dan VNG.

"Ini menjadikan Grab sebagai perusahaan decacorn pertama di Asia Tenggara dengan valuasi lebih dari USD 10 miliar," kata pria berdarah Italia itu.

Diungkapnya lebih lanjut, dana investor paling banyak dikucurkan ke perusahaan digital di Singapura. Jumlahnya mencapai USD 16 miliar sejak 2016. Kedua adalah Indonesia, dengan dana yang dikucurkan mencapai USD 6 miliar, terdiri atas: USD 1,2 miliar pada 2016, USD 3 miliar pada 2017, dan USD 1,8 di semester pertama 2018.

Google turut mencatat peningkatan kesepakatan yang ditandatangani di Indonesia. Pada 2016 ada 166 kesepakatan, 2017 ada 183 kesepakatan sedangkan semester pertama 2018 sudah ada 154 kesepakatan.

"Total lebih dari 500 kesepakatan, di mana rata-rata nilainya USD 5 juta per kesepakatan," kata Samuele. "Melihat banyak investasi yang masuk, inilah saat yang tepat untuk mendirikan startup."



(afr/krs)