Jika bercermin pada torehan di periode yang sama tahun lalu, angka tersebut menurun drastis sebesar 77,41%. Parahnya lagi, pendapatan USD 45,7 juta per bulan jadi yang terburuk sejak Agustus 2003, sebagaimana detikINET kutip dari Digitimes, Rabu (8/8/2018).
Baca juga: Pecat Para Petinggi, Bagaimana Nasib HTC? |
Perusahaan asal Taiwan ini juga mengumumkan pendapatan mereka sepanjang tujuh bulan pertama di 2018. Hasilnya? HTC mengumpulkan pendapatan sebesar USD 542 juta, atau sekitar Rp 7,8 triliun. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, torehan vendor smartphone dan perangkat virtual reality ini turun sebesar 53,98%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan kondisinya saat ini, mantan pemegang lebih dari 10% market share smartphone global tersebut masih terus mengeluarkan ponsel flagship, dengan U12+ jadi yang terbaru, walau penjualannya tak cukup signifikan. Selain itu, perusahaan yang berbasis di New Taipei city tersebut juga bakal merilis ponsel berbasis blockchain pada akhir tahun ini.
Baca juga: Jajaran Ponsel Keren HTC Sebelum Terpuruk |
Di samping itu, mereka juga punya VIVE, lini perangkat virtual reality miliknya. Sayangnya, industri ini dikatakan belum cukup mainstream agar mampu memberikan pendapatan yang cukup bagi HTC, meski mereka menguasai 12% pangsa pasar global.
Catatan pendapatan mereka yang terbilang buruk ini tentunya memperpanjang derita HTC. Sebelumnya, pihaknya sudah mengumumkan rencananya untuk memangkas 1.500 pekerjaan dalam unit manufakturnya di Taiwan. Tidak hanya itu, mereka juga dilaporkan tinggal menyisakan sekitar 10 orang saja di dalam unit bisnisnya di India. (mon/rou)