Ditanya hal begitu, Director Marketing and Communications Djatmiko Wardoyo mengatakan bahwa rencana tersebut memang sejalan dengan visi Erajaya mengembangkan omni channel. Erajaya dinilai yakin bisa mensinergikan antara penjualan offline dengan online.
"Kami punya erafone.com, ibox.id, punya juga gerai offline macam-macam. Bayangkan kami bisa menjebatani sebuah situasi dimana orang Jember sana ketika pesan lewat erafone.com, ia bisa menentukan untuk mengambilnya kapan dan di mana," ujar pria yang akrab disapa Koko ini memulai pembicaraan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau saat ini kan dia akan mengandalkan pengiriman. Kita tidak tahu berapa lama. Tapi kalau misalnya dekat rumahnya ada Erafone dan mau ke sana, dia bisa beli dulu di erafone.com dan ambil di sana. Nah konsep ini akan relevan dan menjadi kuat kalau tokonya banyak," lanjutnya.
Selain itu Erajaya juga menawarkan konsep offline to online. Hal ini dimaksud untuk menghindari adanya fenomena ponsel gaib yang ramai belakangan ini.
Jadi, ketika orang datang ke tokonya Erafone dan ternyata barangnya habis, ia akan mendapatkan penawaran pemesanan di toko langsung. Koko pun yakin, bahwa toko offline ini masih menjadi andalan masyarakat ketika ingin membeli ponsel.
"Masih tinggi (minat datang ke toko). Kalau tidak, kami mana mau buka toko banyak-banyak," pungkasnya.
Erajaya, seperti yang disebut di awal ingin menambah 250 toko. Namun, penambahan toko-toko ini tak sebatas hanya Erafone, ada juga Ibox, Samsung Experience Store, Mi Store, dan lainnya.
Tonton juga video: 'Layanan O2O Jadi Strategi Bisnis Gabungan Online Offline'
(mag/asj)