Dengan Astra dan Djarum mengumumkan investasi mereka ke Go-Jek di hari yang bersamaan, platform ride sharing tersebut kini tak ubahnya tengah bermandikan uang. Bagaimana startup unicorn pertama Indonesia ini menggunakan uang tersebut?
"Konsep investasi itu adalah kepada seluruh company, jadi tidak ada alokasi khusus. Kami lah sebagai management yang akan memutuskan untuk alokasi tersebut," ujar Nadiem Makarim, CEO Go-Jek.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"(Alokasi dana) sangat mengikuti besarnya market kita, terutama transportasi, makanan, logistik dan payment, itu empat terbesar yang mengambil resources dari budget kami," katanya.
Terkait dengan inovasi apa lagi yang akan diberikan Go-Jek kepada konsumen, Nadiem mengatakan bahwa masyarakat masih harus menunggu kejutan-kejutan dari platform besutannya tersebut.
"Kalo tidak ada kejutan bukan Go-Jek namanya," ucapnya menambahkan.
Menarik untuk menunggu kejutan apa yang dapat dimunculkan oleh Go-Jek, mengingat PT Astra Internasional Tbk sudah mengucurkan dana sebesar USD 150 juta (Rp 2 triliun), sebagaimana disebutkan oleh Presiden Direktur Astra, Prijono Sugiarto.
Selain itu, meskipun tidak disebutkan berapa jumlah pastinya, investasi yang dikeluarkan oleh PT Djarum melalui salah satu anak perusahaannya, PT Digital Global Niaga (GDN), disebut oleh Nadiem sebagai salah satu yang terbesar dari mereka di bidang ekosistem digital.
Sebelumnya, Go-Jek telah dikucuri dana USD 1,2 miliar oleh beberapa investor, yakni Google, Temasek Holdings, KKR & Co LP (KKR.N), Waburg Pincus LLC, dan platform online asal China Meituan-Dianping. (rns/rns)