CEO aCommerce Patrick Vaz mengatakan, sampai saat ini ada 60 brand yang menjadi klien mereka. Secara komposisi, perusahaan asal global yang jadi klien masih mendominasi dengan persentase 90%.
Dari brand global yang menjadi klien aCommerce ini adalah perusahaan yang sedang mengembangkan bisnis online mereka di kawasan Asia Tenggara, khususnya di Indonesia. Dia menyayangkan, perusahaan Indonesia masih minim untuk ekspansi pasarnya ke luar negeri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengenai kendala brand lokal untuk go global, Patrick melihat bahwa mereka tidak ada masalah untuk mengikut pasar online. Namun, pengenalan merek menjadi salah satu kendala perusahaan saat akan memutuskan ekspansi ke luar negeri.
Hal itu yang ingin diatasi oleh aCommerce. Startup yang baru mendapatkan pendanaan sebesar USD 65 juta ini menyediakan teknologi e-commerce end-to-end dan jasa yang terpusat untuk brand, meliputi performance marketing, channel management, webstore design, content production, order fulfillment, warehousing, delivery, hingga customer service lokal.
Menuju IPO
Sebagai perusahaan rintisan, melakukan penawaran saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) adalah sebuah cita-cita yang harus direalisasikan. Begitu juga yang diinginkan oleh aCommerce.
aCommerce memandang IPO adalah keniscayaan. Mereka pun menargetkan dapat melantai bursa sekitar 3-4 tahun lagi. Saat ditanya mengenai pendanaan Seri C, Patrick mengatakan lebih memilih membawa perusahaannya langsung melantai di bursa.
"Kalau bisa, ya langsung IPO," ucap Patrick.
Rencana untuk aCommerce ke IPO sudah berada peta jalan perusahaan. Menurutnya, pendanaan dan IPO adalah hal yang memiliki arti yang kurang lebih sama, yaitu sama-sama mengenai pendanaan. (rns/rns)











































