Saham dari perusahaan berusia 19 tahun ini sendiri, yang terdaftar di Hong Kong Stock Exchange, telah mencapai HKD 418,80 (Rp 725 Ribu) per lembarnya, seperti dilansir detikINET dari TechCrunch pada Selasa (21/11/2017).
Saingan terdekatnya adalah raksasa e-commerce Asia, Alibaba, dengan valuasi senilai USD 474 Miliar (Rp 6,4 Kuadriliun).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kebahagiaan Tencent tidak hanya berhenti sampai di situ saja. WeChat, aplikasi berbagi pesan paling populer di China, sudah mendekati angka 1 Miliar pengguna, meskipun kesuksesannya tersebut tidak menular ke luar negeri.
Kini, perusahaan yang digawangi oleh Ma Huateng ini tengah fokus untuk membawa mereka lebih jauh di kancah internasional, salah satunya melalui game.
Bisnis game mereka mengerucut pada PC dan mobile, yang mengantarkan keuntungan sebesar USD 5 Miliar dalam kuarter terakhir, dengan Honour Of Kings menjadi penyumbang dana terbesar, sekaligus menempatkannya sebagai judul game dengan keuntungan terbesar tahun ini.
Selain itu, akuisisi yang dilakukan Tencent terhadap beberapa developer dari game-game terkenal seperti Clash Of Clans (Supercell) dan League Of Legends (Riot Games) juga menyumbang pemasukan yang cukup besar.
Tidak hanya sampai di situ, geliat Tencent juga terlihat melalui investasi dalam jumlah dan lingkup yang besar di berbagai perusahaan maupun startup.
Mereka telah memiliki saham di beberapa perusahaan publik seperti Tesla dan Snap. Selain itu, mereka juga menanamkan modal bagi beberapa startup, yaitu Flipkart, Hike, Practo, hingga Ola.
Lalu, Tencent juga sudah mulai merambah sektor mobil terbang, lunar drone, dan pertambangan asteroid, yang melengkapi investasi terdahulunya seperti Sogou (search engine) dan China Literature (percetakan online) yang sudah membuka IPO dalam sebulan terakhir.
(yud/yud)