Vendor China yang Malang, Sudah Bangkrut Kena Tuntutan
Hide Ads

Vendor China yang Malang, Sudah Bangkrut Kena Tuntutan

Rachmatunnisa - detikInet
Rabu, 12 Jul 2017 13:42 WIB
Ilustrasi (Foto: LeEco)
Jakarta - LeEco tengah bersusah payah bangkit dari kebangkrutan yang tengah menderanya. Malang, dia masih harus menghadapi tuntutan dari Vizio, produsen TV yang batal diakuisisinya.

Dalam tuntutannya, Vizio meminta ganti rugi sebesar USD 60 juta. Vizio mengklaim, LeEco hanya membayar USD 40 juta dari USD 100 juta biaya terminasi yang dijanjikannya.

Dikutip detikINET dari Bloomberg, Rabu (12/7/2017), perusahaan asal China itu juga tidak memenuhi kesepakatan gabungan perusahaan setelah gagal melakukan upaya merger.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah upaya merger gagal pada April lalu, LeEco menyatakan setuju untuk membuat perusahaan gabungan untuk menjual produk Vizio di China, melalui distribusi LeEco.

Dalam tuntutannya, disebutkan bahwa Vizio menolak pembayaran segera biaya terminasi, dengan syarat akan menerima USD 40 juta di pembayaran pertama, ditambah USD 10 juta pada pembayaran berikutnya. Dan perusahaan yang bermarkas di Beijing tersebut akan menginvestasikan USD 50 juta untuk usaha patungan mereka.

"Ketika Vizio mencoba menyusun kerangka perjanjian lebih lanjut, pertemuan tersebut disambut dengan keheningan. LeEco menggunakan usaha patungan yang diusulkan sebagai dalih untuk menghindari pembayaran USD 100 juta," kata Vizio.

Sementara itu, juru bicara LeEco sejauh ini belum memberikan respons terkait laporan ini. Tuntutan kasus ini didaftarkan Vizio di pengadilan Santa Ana, California.

Nasib LeEco, yang semula sangat agresif kini kian menderita. Kondisi ini bahkan mengorbankan aset pribadi sang co-founder Jia Yueting yang dibekukan oleh pengadilan Shanghai, China.

LeEco sebelumnya dikenal sebagai Netflix-nya China, yakni perusahaan layanan streaming konten sekaligus membuat konten sendiri. Dalam perkembangannya, LeEco merambah bisnis lain termasuk smartphone.

Selanjutnya, LeEco bersaing dengan perusahaan seperti Apple, Samsung, bahkan Tesla, karena bisnisnya mulai bercabang ke hardware termasuk smartphone, smart TV dan mobil listrik.

LeEco semula berencana menjual smartphone-nya di pasar As pada akhir tahun lalu. Sayangnya, perusahaan asal China ini kemudian mengalami kesulitan keuangan. Kondisi ini memaksanya memangkas biaya operasional, termasuk mengurangi jumlah karyawan.

Jia yang mengundurkan diri dari jabatan CEO Mei lalu, masih berada di LeEco menempati posisi sebagai Chairman. Kepada para pemegang saham baru-baru ini, dia mengakui bahwa LeEco mengalami masalah keuangan yang lebih buruk dari yang diperkirakan.

April lalu, akuisisi LeEco atas perusahaan elektronik AS Vizio senilai USD 2 miliar pun dibatalkan karena bisnis LeEco yang kian memburuk. Padahal awalnya, akuisisi Vizio dimaksudkan LeEco untuk memudahkan perusahaannya memasuki pasar AS. (rns/fyk)
Berita Terkait