Angka 3 ribu ini berarti sekitar 5% dari total pegawai ZTE secara global, yang jumlahnya mencapai 60 ribu orang. Sementara dari bisnis ponselnya, secara global ada 600 pegawai yang akan dipecat, demikian dikutip detikINET dari Reuters, Senin (9/1/2017).
PHK itu mayoritas akan terjadi pada pegawai yang berbasis di China, di mana ZTE paling banyak kehilangan pangsa pasarnya. Perusahaan yang berbasis di Shenzhen itu diperkirakan akan terkena sanksi perdagangan dari Amerika Serikat, yang juga akan berpengaruh terhadap bisnisnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, ada juga seorang manajer di kantor cabang ZTE di luar China yang menyebut ia diharuskan mem-PHK 10% karyawan di departemennya pada akhir Januari ini. "Saya juga dititipi nama yang harus di-PHK karena mereka mencoba untuk melamar pekerjaan di Huawei (rival ZTE), oleh karena itu mereka dilabeli sebagai faktor tak stabil," ujarnya.
Saat ini ZTE adalah satu-satunya vendor smartphone asal China yang kehadirannya di AS cukup signifikan. Mereka mempunyai market share sebesar 10%, atau nomor 4 terbesar.
Namun Maret 2016 lalu Departemen Perdagangan AS menyebut akan menjatuhkan larangan ekspor bagi perusahaan AS ke ZTE atas dugaan pelanggaran sanksi perdagangan ke Iran. Sanksi bagi ZTE tersebut belum diterapkan saat ini, karena mereka masih mendapat ampunan hingga 27 Februari mendatang.
Namun setelah itu, pasokan komponen untuk ZTE akan mengalami masalah besar, karena selama ini mereka bergantung pada tiga perusahaan AS sebagai penyuplai komponen, yaitu Qualcomm, Microsoft dan Intel. (asj/asj)











































