Hal ini tentu berpengaruh besar pada kehidupan masyarakat. Hal ini tak hanya ditandai dengan meningkatnya kepemilikan perangkat seperti smartphone (43%), laptop dan komputer (15%), namun juga jenis perangkat digital lainnya yang semakin bervariasi di masyarakat.
Misalnya, perangkat tablet (4%), streaming TV (1%), e-reader (1%), hingga perangkat wearable (1%) yang kehadirannya mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat Indonesia (We Are Social, 2016).
Tren digital ini juga mempengaruhi perilaku konsumen dalam bertransaksi dan dengan demikian mendorong pertumbuhan pasar e-commerce dalam negeri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seiring dengan pertumbuhan bisnis e-commerce, dunia perbankan pun dituntut untuk bisa mengikuti tren transaksi digital, termasuk dalam hal cashless payment, branchless banking, sampai dengan hadirnya sektor baru di industri dalam bentuk e-commuting, fintech, serta layanan perbankan keuangan berbasis internet yang jumlahnya semakin meningkat di Indonesia.
Menurut data Bank Indonesia (2016), total transaksi e-money saja pada tahun 2015 melonjak tajam ke angka Rp 5,2 triliun dari Rp 4,3 triliun pada tahun 2014.
Oleh karena itu, industri perbankan menjadi salah satu sektor bisnis yang dituntut untuk melakukan transformasi digital untuk tetap berhasil dalam persaingan yang ketat guna memenuhi perilaku konsumen yang sudah berubah ke arah digital.
Menurut Accenture (2015), perbankan Indonesia bahkan berisiko kehilangan 30% dari total nasabahnya apabila tidak memanfaatkan teknologi secara maksimal dengan segera.
Pelaku industri di sektor perbankan pun tidak hanya dituntut untuk menerapkan teknologi digital, namun juga mampu dalam menangkap berbagai peluang dengan lebih memahami perubahan perilaku konsumen yang semakin mengarah ke ranah digital yang dapat lebih memudahkan kebutuhan transaksi nasabahnya.
Dengan penggunaan teknologi digital yang kian meningkat, konsumen Indonesia telah terbiasa dan memilih layanan yang lebih cepat, transparan, luas, dan dapat dipersonalisasikan dengan kebutuhan nasabah.
Saat ini, sektor perbankan nasional menyumbang sekitar 30% terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional (Bank Indonesia, 2016). Angka kontribusi ini dinilai masih belum optimal dalam mendorong peningkatan ekonomi Indonesia, padahal peluangnya masih sangat besar untuk terus berkembang.
Dalam mendorong hal tersebut, dukungan pemerintah memegang peranan yang signifikan dalam mengembangkan ekosistem digital yang kondusif untuk industri perbankan nasional melalui kebijakan yang mendukung serta pembangunan akses teknologi yang diperluas ke berbagai wilayah di Indonesia.
Teknologi di Sektor Perbankan
Pada acara Danamon Sales Leader Conference 2016, President Director & CEO Telkomtelstra Erik Meijer menyampaikan bahwa industri perbankan harus sigap dalam memanfaatkan momentum tren digital untuk melakukan transformasi bisnis.
Dalam kesempatan itu, Erik pun memberikan tips terkait strategi untuk tumbuh di era digital. Tak hanya satu, tapi ada delapan tips yang ia sampaikan.
1. Hilangkan gangguan yang menghambat kenyamanan nasabah di setiap perjalanannya.
2. Gunakan wawasan serta analisa berbasis data sebagai acuan dalam mengambil keputusan.
3. Perluas layanan pembayaran digital, bangun kemampuan pemasaran digital yang setara dengan pelaku utama sektor e-commerce.
4. Kembangkan kemampuan bisnis dengan penyederhanaan, digitalisasi serta peringkasan proses bisnis.
5. Perluas dan manfaatkan teknologi terdepan secara cepat.
6. Lindungi bisnis dengan memastikan keamanan data.
7. Pastikan struktur organisasi yang mendukung lingkungan digital.
8. Libatkan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan digital guna mendukung lingkungan internal perusahaan.
(rou/rou)