Dulu bernama Research in Motion atau RIM, BlackBerry pernah begitu digilai. Rasanya sangat keren jika kita bisa menenteng smartphone BlackBerry dengan keyboard fisik legendaris itu. Namun kedatangan iPhone kemudian Android mengubah semuanya. Ponsel BlackBerry tak laku lagi.
Nasib nahas yang sama juga menimpa Nokia. Pernah digdaya sebagai vendor smartphone terbesar sejagat, Nokia tersungkur yang berujung pada dijualnya divisi handsetnya ke Microsoft tahun 2014. Kini Nokia berusaha bangkit dengan rencana merilis ponsel Android, walau hanya menyerahkan pembuatannya ke perusahaan pihak ketiga, HMD.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Apa yang sama-sama mereka alami adalah mereka tidak bereaksi dengan baik terhadap perubahan cepat. Teknologi itu kecepatannya sangat tinggi," sebut Roger Kay, analis di Enpoint Technologies Associates.
Dikutip detikINET dari Venture Beat, budaya di bisnis teknologi atau internet memang memuja adanya disruption atau terobosan. Namun perusahaan tersebut seperti gamang mengikuti perkembangan zaman dan akhirnya tidak mau berubah. Kemudian disalip oleh pemain baru, kadang kalah telak.
Perusahaan yang menghadirkan terobosan contohnya Apple. Ketika rilis tahun 2007, iPhone sempat dikritik karena dinilai akan menghancurkan penjualan iPod. Namun Apple jalan terus dan iPhone dengan keunggulan aplikasi serta layar sentuhnya, berhasil mengalahkan pemain lama semacam BlackBerry dan Nokia.
Google juga tidak tinggal diam dan melahirkan sistem operasi Android. Bebas digunakan vendor smartphone mana saja secara gratis serta mudah dimodifikasi, Android menjelma menjadi sistem operasi terpopuler.
Di sisi lain, Google jugalah yang turut andil menenggelamkan Yahoo. Khususnya di segmen mesin cari internet dan iklan digital, Google yang berusia lebih muda telah sangat jauh meninggalkan Yahoo.
Analis menyatakan kehancuran karena datangnya pemain baru sebenarnya bisa dihindari jika pemain lama sigap dan berani melakukan perubahan. Namun sepertinya, baik BlackBerry, Nokia serta Yahoo terlambat bertindak.
(fyk/yud)