Penentu Masa Depan Energi di Era Digital: Generasi Millennial
Hide Ads

Penentu Masa Depan Energi di Era Digital: Generasi Millennial

Achmad Rouzni Noor II - detikInet
Kamis, 01 Sep 2016 09:14 WIB
Foto: dok. Accenture
Jakarta - Generasi millennial diyakini akan sangat berpengaruh dalam menentukan tren penggunaan produk energi di masa depan, khususnya sejak memasuki era digital.

Simpulan ini diperoleh berdasarkan survei tahunan ketujuh dari Accenture bertajuk The New Energy Consumer: Thriving in the Energy Ecosystem yang melibatkan sekitar 10.000 responden di 17 negara, termasuk Indonesia.

Disebutkan bahwa, generasi millennial dengan kelompok usia 18-34 tahun, selain aktif dengan mobilitas tinggi, selalu menginginkan produk dan layanan terbaik ketika berinteraksi dengan suatu brand, termasuk soal apapun yang membutuhkan konsumsi energi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan temuan ini, Accenture meyakini bahwa generasi millennial adalah kelompok yang akan menentukan tren penggunaan energi di masa mendatang. Hasil survei menunjukkan bahwa pertama, generasi millennial selalu ingin menjadi yang terdepan dalam penggunaan produk dan layanan energi terbaru.

Dari 24% responden generasi millennial di negara-negara yang sedang bertumbuh (emerging countries) dapat diklasifikasikan sebagai pengadopsi awal (early adopters), dibandingkan dengan 17% dari kelompok usia 35-54 tahun dan 7% dari kelompok usia 55 tahun ke atas.

Selain itu, 22% dari generasi millennial mengatakan bahwa mereka ingin selalu mencoba teknologi terkini, lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok usia lainnya (15% dari kelompok usia 35-54 tahun dan 6% dari kelompok usia 55 ke atas).

Di negara-negara dengan peraturan pasar yang kuat (regulated market) konsumen lebih memilih penyedia energi yang menyediakan berbagai produk dan layanan untuk mengoptimalkan penggunaan energi.

Menurut Accenture, perusahaan penyedia energi harus dapat memanfaatkan temuan tentang millennial ini untuk memahami dan menciptakan nilai bagi produk dan layanannya, karena preferensi dan perilaku konsumen mengubah lanskap pasar dengan sangat cepat.



"Penyedia energi yang sukses akan selalu menempatkan proses desain di tengah-tengah bisnis mereka dan menjadikan pelanggan dan operasi ritel sebagai aset yang strategis," ucap Fuad Lalean, Managing Director, Resources Utility and Mining, Accenture Indonesia, Kamis (1/9/2016).

Hasil survei juga menunjukkan bahwa generasi millennial memberikan peluang bisnis yang besar bagi para penyedia energi dikarenakan pengaruh mereka yang semakin kuat di pasar ketimbang konsumen dari kelompok umur lainnya.

Sebagai contoh, 41% dari generasi millennial berinteraksi lebih sering dengan penyedia energi menggunakan media sosial, dan mereka juga akan lebih puas jika mereka bisa masuk ke portal penyedia layanan energi melalui media sosial.

Selain itu, survei juga menunjukkan bahwa penawaran nilai baru sangatlah menarik bagi millennial. Sebanyak 77% generasi millennial lebih tertarik dengan pasar online yang dipersonalisasi, untuk memilih dan membeli produk dan layanan terkait energi.

Kelompok millennial juga memiliki ekspektasi tinggi terhadap inovasi produk dan layanan hasil pengolahan energi. Hampir 1/3 generasi millennial dapat tertarik untuk menggunakan solusi rumah otomatis (automated home solution) dan bersedia mengeluarkan biaya untuk menggunakan layanan tersebut.

Dengan adanya tren teknologi digital, millennial pun sangat aktif menggunakan media sosial dan media online untuk berinteraksi dengan brand pilihan mereka. Dari hasil survei di negara bertumbuh, 83% dari generasi milennial tidak akan tertarik menggunakan produk dan layanan jika para penyedia tidak mampu memberikan pengalaman terbaik bagi mereka.

Menurut Fuad, di banyak negara dengan peraturan pasar yang kuat, konsumen masih menerima tagihan dalam bentuk kertas (hardcopy) yang dikirimkan melalui surat (60%), hanya 19% dan 2% menerima tagihan melalui email dan aplikasi mobile.

Sementara dalam hal pembayaran, lebih dari 80% konsumen lebih memilih untuk memiliki pilihan lain yang bervariasi dalam sistem pembayaran mereka. Mereka lebih memilih saluran digital untuk membayar tagihan (45%), menginformasikan perubahan alamat (31%) dan berlangganan produk dan layanan energi (25%), tanpa harus datang ke kantor penyedia layanan energi.

"Hal ini menandakan bahwa layanan yang ada masih belum sejalan dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat," tambah Fuad sembari menyarankan agar penyedia layanan energi bergerak cepat menyusun transformasi bisnis mereka dan terus berinovasi agar tidak ketinggalan di era digital. (rou/rou)
Berita Terkait