Beberapa waktu lalu, The New York Times melaporkan bahwa Lyft sedang mendekati General Motors, Apple, Google, Amazon.com, bahkan kompetitornya Uber dan Didi. Mereka dibidik Lyft sebagai pembeli potensial untuk mengakuisisi bisnisnya.
Sayangnya, tak satu pun dari perusahaan yang didekati ini berminat membeli Lyft. Mengutip laporan Recode, Senin (22/8/2016) Lyft gagal menemukan pembeli karena terlalu jual mahal, dengan meminta USD 9 miliar, sementara valuasi terakhirnya adalah USD 5,5 miliar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lyft saat ini punya uang yang cukup dan masih terlalu muda untuk bangkrut. Startup yang bermarkas di San Francisco, Amerika Serikat ini memiliki uang tunai sebesar USD 1,4 miliar.
Sebagiannya adalah merupakan suntikan dana dari General Motors yang menginvestasikan USD 500 juta pada Januari lalu. Selain itu, Lyft juga menjalin kemitraan strategis dengan General Motors dan Didi.
Yang menarik, hal ini memperlihatkan betapa beratnya tekanan di sektor layanan ride sharing semacam Lyft, Uber dan lain-lain, serta semakin matangnya sektor teknologi secara umum.
Beberapa pengamat menilai, motivasi di balik akuisisi ini lebih ke arah strategis ketimbang eksistensial. Bergabung dengan perusahaan otomotif atau raksasa internet yang lebih beragam akan secara signifikan meningkatkan efektivitas Lyft di pasar. (rns/fyk)