CFO Go-Jek: Industri Teknologi Indonesia Menjanjikan, Tapi...
Hide Ads

CFO Go-Jek: Industri Teknologi Indonesia Menjanjikan, Tapi...

Adi Fida Rahman - detikInet
Rabu, 02 Mar 2016 16:00 WIB
Co-Founder & CFO Go-Jek Kevin Aluwi. Foto: afr/detikINET
Jakarta - Pemerintah Indonesia memiliki ambisi besar menjadikan negara ini sebagai ekonomi digital di Asia Tenggara. Namun dengan kondisi yang ada sekarang ini mampukah hal tersebut terwujud?

Pertanyaan tersebut coba detikINET sodorkan kepada Co-Founder sekaligus Chief Financial Officer (CFO) Go-Jek Kevin Aluwi. Ia menjawab optimistis dapat terealisasi. Menurutnya Indonesia punya modal yang cukup untuk dapat mewujudkan ambisi tersebut.

Dalam 6-10 tahun belakangan ini perkembangan Indonesia dinilainya cukup luar biasa. Ini terlihat dari meningkatnya kelas menengah di Tanah Air yang ditandai dengan tingginya pembelian motor dan mobil, serta banyaknya pusat perbelanjaan yang dibangun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Adopsi teknologi oleh masyarakat cukup cepat. Penggunaan smartphone kian meningkat, begitupula akses internet dan pemain e-commerce," papar Kevin.

Bicara mengenai potensi Indonesia yang begitu besar, alasan ini pula yang membuat Kevin kembali ke sini selepas menimba ilmu di Negeri Paman Sam pada 2011 silam.

Meski Indonesia memiliki potensi besar, tapi menurut Kevin masih menyimpan kendala yang harus segera diatasi agar melesat seperti China dan India. Ketidakjelasan regulasi salah satunya, ia mengakui aturan yang dibuat pemerintah saat ini makin mendukung pelaku ekonomi digital. Tapi terkadang ada ketidakjelasan regulasi yang dapat kerap menghambat.

Masalah lain adalah soal sumber daya manusia. Menurutnya cukup sulit mencari orang yang tidak hanya berkemampuan bagus, tapi dapat mengembangan personil yang sudah ada.

Kevin memaklumi hal ini, karena masalah tersebut ditemui dihampir seluruh perusahaan rintisan di Indonesia. Tapi ia berkeyakinan dalam lima tahun ke depan, SDM teknologi yang punya kemampuan mumpuni akan mudah dicari di negeri ini.

Kebiasaan masyarakat Indonesia turut pula menjadi masalah bagi pria penyuka game Dota dan Counter Strike ini. Meski penetrasi smartphone tinggi, masyarakat kita belum terbiasa dengan pembayaran transaksi secara cashless.

"Masih pilih bak transfer yang pelan dan tidak efisien. Padahal kemudahan bertransaksi dapat meningkatkan perkembangan industri teknologi," kata Kevin.

Untungnya saat ini pemerintah mulai mendorong masyarakat untuk bertransaksi secara cashless. Ditambah lagi pihak bank maupun sejumah perusahaan ramai-ramai membuat dompet digital demi meminimalkan penggunaan uang fisik.

Satu lagi masalah yang menurut Kevin dapat menghambat pertumbuhan industri teknologi adalah komunitas teknologi. Jumlahnya saat ini masih sedikit dan itupun yang kerap dibahas cenderung negatif.

"Gue melihat sering kali isinya ga postif. Mereka senang melihat perusahaan yang gagal ataupun kesusahan. Bukan hal-hal positif misalnya kemenangan-kemenangan kecil dan besar yang dialami industri ini," pungkas pria berusia 29 tahun ini. (afr/fyk)
Berita Terkait