Ini Tiga Pilar Inovasi Teknologi Disruptif 2016
Hide Ads

Ini Tiga Pilar Inovasi Teknologi Disruptif 2016

Achmad Rouzni Noor II - detikInet
Senin, 21 Des 2015 09:15 WIB
Jakarta - Disruptive innovation alias inovasi pengganggu tataran industri konvensional telah menunjukkan tajinya di sepanjang 2015 ini. Go-Jek dan aplikasi sejenis, misalnya. Di tahun 2016, inovasi semacam itu akan kian merajalela.

Dalam artikel yang ditulis Mark Micallef, Citrix Area Vice President for Asean mengungkapkan tiga pilar teknologi kunci yang harus didekati bisnis dengan lebih matang seiring dengan datangnya tahun 2016.

Namun sebelum berbicara lebih jauh tentang tiga pilar teknologi yang dimaksud, Mark ingin terlebih dulu menjelaskan situasinya, termasuk pandangannya dari kacamata para pebisnis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, teknologi disruptif telah membentuk kembali model-model bisnis, dan mengubah cara perusahaan beroperasi. Hal tersebut menjadikan kompetisi pasar semakin ketat. Namun seiring dengan hal itu, muncul masalah besar bagi perusahaan yang terjebak dengan model bisnis tradisional.

"Namun, perusahaan semakin jenuh dengan istilah disruptif atau gangguan. Bagi banyak organisasi, kata 'gangguan' lebih sering ditafsirkan sebagai sebuah evolusi dalam adopsi teknologi untuk menjadi lebih kompetitif di dunia bisnis yang dinamis," ujarnya seperti dikutip detikINET, Senin (21/12/2015).

Dalam lingkungan bisnis yang selalu berkembang seperti saat ini, organisasi ingin lebih memanfaatkan tren-tren makro untuk mendorong meraih sukses dalam tujuan bisnis seperti biasanya (business as usual), sembari mengelola evolusi teknologi yang dihasilkan oleh big data, cloud, aplikasi, Internet of Things (IoT) dan mobilitas.

Dalam hal ini, perusahaan sedang beralih dari model teknologi tradisional berbasis infrastruktur ke model yang terpusat ke aplikasi yang difokuskan pada hasil dan persyaratan bisnis. Lini bisnis mengerahkan lebih banyak kontrol untuk anggaran dan belanja teknologi, menciptakan pendekatan investasi hybrid yang memadukan bisnis dengan hasil-hasil teknologi.

Mobilitas, teknologi konsumen dan cloud telah menciptakan sebuah lingkungan teknologi yang jauh lebih kondusif untuk memobilisasi tenaga kerja. Sebagai pengganti hal ini, perusahaan harus mengambil keuntungan dari kesempatan ini untuk menyesuaikan strategi mereka.

Nah, untuk mengambil keuntungan dari kesempatan itu, langsung kita simak saja tiga pilar yang dimaksud oleh Mark dalam tulisannya berikut ini:

Mobilitas Tak Cuma Tentang Perangkat

Mobilitas telah menjadi pusat kehebohan dan investasi besar bagi banyak perusahaan. Banyak organisasi saat ini yang berusaha untuk mendorong nilai bisnis yang lebih besar dari posisi mobilitas mereka.

Namun, menurut laporan terbaru Tech Research Asia mengenai perusahaan dengan strategi mobilitas, hanya 17% yang mengambil pendekatan holistik yang meliputi perangkat, tempat kerja, aplikasi dan cloud.

Bahkan, hanya 21% dari bisnis merasa bahwa strategi mobilitas mereka saat ini benar-benar efektif dalam memenuhi tujuan bisnis mereka. Bagi banyak orang, strategi-strategi mobilitas terpusat pada perangkat karena lonjakan konsumerisasi IT di tempat kerja dan perkembangan tren BYOD.

Untuk saat ini, tempat orang bekerja telah berubah, seperti halnya cara mereka bekerja. Selain mendukung mobilitas yang lebih besar di tempat kerja, perusahaan harus memastikan bahwa strategi mobilitas mereka bergerak dari yang ‘dipimpin perangkat' menjadi 'dipimpin oleh keterlibatan'.

Mobilitas tidak semata mengenai perangkat. Saat ini hal tersebut lebih tentang mobilitas proses bisnis, data dan aplikasi, untuk kinerja yang lebih baik di pasar yang kompetitif.

Manfaat Cloud

Organisasi hidup di dalam dunia yang berpusat pada cloud, dengan cloud yang dilihat oleh banyak orang sebagai kunci keberhasilan saat ini dan masa depan. Lebih dari 89% perusahaan melaporkan bahwa mereka memiliki kebijakan cloud-first, atau memiliki rencana untuk mengembangkannya.

Namun, perusahaan belum menuai keuntungan penuh dari cloud tersebut, dengan hampir setengah dari bisnis yang disurvei menilai cloud tidak cukup dalam memenuhi kebutuhan bisnis.

Meskipun demikian, karena perusahaan bergeser fokus pada aplikasi, cloud cepat menjadi platform standar untuk semua beban kerja. TI hybrid dan teknologi cloud diharapkan untuk menentukan normal baru di Asia Pasifik.

Kemungkinan beban kerja hadir bersama janji efisiensi, fleksibilitas dan transparansi yang lebih besar dalam performa cloud bagi pelanggan perusahaan. Sementara ekspektasi cloud sangat tinggi, para pebisnis yang tidak terlalu puas dengan penggelaran cloud mereka akan mencari portabilitas beban kerja sebagai cara untuk 'mendorong' penyedia cloud meningkatkan performa solusi mereka.

Mempertimbangkan Kembali Vektor Keamanan

Sebuah infrastruktur TI yang aman tidak lagi menjadi sebuah kemewahan, namun hanya merupakan kebutuhan.

Tetapi pendekatan-pendekatan tradisional untuk keamanan perusahaan belum memenuhi harapan dari 1.000 pebisnis dan pemimpin TI yang disurvei, hanya 40% dari mereka memandang bahwa lingkungan keamanan teknologi mereka efektif dalam memenuhi tujuan-tujuan bisnis mereka.

Selain itu, karena teknologi terus menembus lingkungan bisnis, organisasi harus menambah solusi keamanan. Akibatnya, perusahaan merasa terjepit, karena biaya keamanan meningkat relatif terhadap kemampuan-kemampuan teknologi tersebut.

Terlebih lagi, persyaratan peraturan juga terus diperketat baik secara global maupun di lokal, dan organisasi akan perlu berinvestasi lebih untuk memperkuat postur keamanan mereka--yang meliputi cloud, mobilitas, PC dan aplikasi.

Dengan demikian, solusi keamanan harus mobile dan application-friendly untuk melindungi bisnis secara efektif dalam lanskap dengan ancaman yang terus tumbuh dan semakin canggih.

Teknologi telah mempercepat laju perubahan yang diperlukan bisnis di pasar global yang dinamis. Melihat tahun 2016 dan ke depannya, sekarang saatnya bagi perusahaan untuk mengubah cara mereka mendekati teknologi.

Setelah berinvestasi di infrastruktur yang mampu mendukung kebutuhan bisnis mereka, sekarang saatnya bagi organisasi untuk bergerak melampaui disrupsi dan dan fokus pada strategi yang ditargetkan pada masalah bisnis yang berlainan daripada hanya pada proyek-proyek 'lights on' teknologi yang lebih luas, untuk tetap berada di depan dalam permintaan pasar.




(rou/rou)
Berita Terkait