Program branchless banking alias layanan keuangan tanpa kantor dalam rangka inklusi finansial (Laku Pandai) jadi peluang bisnis besar yang tak mau disia-siakan oleh Telkomsigma. Anak usaha Telkom ini pun menggandeng Intel untuk jadi kongsinya.
Seperti diketahui, saat ini baru 20% masyarakat Indonesia yang sudah tersentuh layanan bank. Selebihnya, 80% lagi masih unbankable. Angka ini jelas kalah jauh dibandingkan penetrasi seluler yang sudah lebih dari 100% dengan aktivasi 300 juta nomor.
Melihat fenomena itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun mendorong program Laku Pandai tersebut. Tujuannya jelas, agar layanan bank bisa dinikmati merata di Indonesia dengan memanfaatkan pengguna seluler sebagai ujung tombaknya, sebagai agen branchless banking.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melihat potensi besar ini, Telkomsigma pun langsung gerak cepat. Digandenglah semua pihak yang bisa sama-sama ikut menggarap bisnis bank tanpa kantor cabang itu. Termasuk Intel dalam urusan pengadaan perangkat server untuk mendukung layanan Laku Pandai ini.
Kerja sama ini menurut Otto B Hantorodi, Director of Business System Integration TelkomSigma, penting untuk melengkapi solusi yang akan ditawarkan untuk Laku Pandai, mulai dari aplikasi, data center, operasional, hingga integrasi dengan sistem lainnya.
"Jadi ketika ada bank yang ingin meluncurkan Laku Pandai dengan fasilitas atau infrastruktur terkait yang diperlukan, termasuk aplikasinya, kami sudah sudah siap. Seluruh komponen itu sudah kami miliki, tidak perlu lagi bangun dari nol, tinggal leverage saja," paparnya di JW Marriot, Jakarta, Kamis (26/11/2015).
Telkomsigma sendiri mengaku percaya diri karena sudah berpengalaman mengelola operasional dan infrastruktur untuk 15 institusi keuangan dan perbankan, khususnya terkait account dan manajemen data center untuk komponen Laku Pandai.
"Dari 15 bank dan institusi keuangan itu, infrastruktur ICT dan seluruh operasinya kami yang melakukan hingga end of the day, yaitu semua pencatatan besar pemindahaan sistem transaksi ke dalam satu laporan di akhir penutupan operasional setiap hari," jelas Otto.
Solusi yang juga jadi unggulan Telkomsigma, salah satunya adalah dukungan penggunaan aplikasi branchless banking multidevice. Tujuannya agar dapat dijalankan pada gadget atau pada perangkat mobile, sehingga mudah dioperasikan oleh agen di seluruh Indonesia.
Tantangan Laku Pandai: Agen dan Koneksi Seluler
Konsep Laku Pandai sendiri adalah meminimalisir penyediaan kantor cabang dan menggantikannya dengan agen-agen untuk bisa memberikan layanan bank kepada seluruh masyarakat Indonesia, terutama di pedesaan dan daerah terpencil.
Dengan program ini, bank berpotensi mendapatkan penambahan nasabah yang signifikan, dengan menjangkau sekitar 80% penduduk Indonesia yang hingga kini masih belum tersentuh layanan perbankan.
"Salah satu tantangan terbesar dari Laku Pandai adalah mencari agen. Agen tidak boleh melayani lebih dari dua bank. Pasalnya, agen ini bisa menggantikan penyediaan infrastruktur bank," kata Otto.
Agar para agen ini bisa menjadi perwakilan bank, tentunya diperlukan dukungan mulai dari aplikasi dan ketersediaan koneksi. Itu sebabnya, untuk solusi mobile Telkomsigma ini, dibangunlah front-end aplikasi di platform Android yang minim bandwidth internet.
"Android kami pilih karena paling banyak penggunanya saat ini. Aplikasi ini tetap bisa digunakan meskipun di jaringan Internet berkonektivitas 2G sekalipun dengan GPRS dan EDGE," papar Otto.
Dalam membangun aplikasi itu, Telkomsigma mencoba tetap realistis. Meskipun sekarang sedang eranya 4G, namun koneksi jaringan 2G masih yang paling luas jangkauannya di pelosok Indonesia, termasuk daerah terpencil. Nantinya, para agen ini juga akan dilengkapi fitur SMS terenkripsi untuk menjamin keamanan datanya.
"Solusi kami pada dasarnya adalah berbagai produk dan layanan milik Telkomsigma yang telah disesuaikan dan digabungkan menjadi solusi Laku Pandai yang komprehensif. Kami memiliki service data center yang menjadi salah satu komponen solusi ini yang merupakan keunggulan kami dibandingkan kompetitor lainnya,β kata Otto.
Sementara menurut Enterprise Solution Business Development Manager Intel Indonesia Corporation, Yadi Karyadi, solusi Laku Pandai didukung oleh Intel ini memiliki platform komputasi yang diklaim mengurangi konsumsi energi, biaya total kepemilikan yang lebih rendah, mendukung open standard, dan memperoleh dukungan dari platform ekosistem global dan lokal.
Di lain kesempatan, OJK berharap, mulai gencarnya perbankan melansir program Laku Pandai atau branchless banking, bisa mendongkrak jumlah nasabah yang tersentuh layanan bank.
"Tahun ini ada sekitar 300 ribu agen laku pandai dari 11 bank dimana satu agen bisa menarik 20 nasabah, secara konservatif ada 6 juta nasabah baru dilayani perbankan," ungkap Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Hadad.
Deputi Dewan Komisioner Bidang Perbankan OJK Irwan Lubis mengungkapkan, saat ini ada sebelas bank yang telah memasukkan Laku Pandai dalam rencana bisnis bank (RBB) tahun ini. Bank tersebut antara lain Bank Permata, CIMB Niaga, Sinarmas, BII Maybank, Bank Bukopin dan Bank Jabar Banten (BJB).
Rencananya, OJK bakal mengevaluasi pelaksanaan Laku Pandai yang sudah berjalan selama tiga bulan terakhir. Sejak meluncur, sudah ada sekitar 40.000 agen Laku Pandai. Proyeksi OJK, di tahun 2017 paling tidak ada 90% masyarakat masuk jadi nasabah bank lewat program Laku Pandai.
"Tahun lalu hanya 23% dari total penduduk yang tercatat sebagai nasabah bank. Agar Laku Pandai tumbuh cepat, OJK juga bekerjasama dengan BI. Agen Laku Pandai bisa merangkap menjadi agen e-money BI. Ini sudah berlaku otomatis, bank tidak perlu mengajukan izin tambahan," jelas Muliaman.
Aturan main OJK saat ini, agen Laku Pandai dilarang merangkap agen lebih dari satu bank. Kecuali agen tersebut merangkap menjadi agen anak usaha atau bank syariah.
OJK juga tengah meminta pemerintah untuk menyalurkan dana bantuan langsung lewat Laku Pandai. Iuran pensiun dan BPJS pun direncanakan melalui Laku Pandai. Saat ini bank pelat merah seperti BRI tengah rajin menggeber Laku Pandai.
Jumlah agen milik BRI saat ini tercatat 31.654 agen yang mencatatkan lebih dari 10 juta transaksi dari sekitar 1,2 juta nasabah yang dilayani. BRI menargetkan ada 50.000 agen di akhir 2015 untuk melayani hingga 52 juta transaksi dengan volume transaksi mencapai Rp 27,8 triliun.
(rou/rns)