Melalui program SAP Social Sabbatical, perusahaan ini coba memberdayakan sektor pendidikan di Indonesia melalui transfer ilmu pengetahuan yang kali ini sasarannya adalah Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Universitas Ciputra, dan Prestasi Junior Indonesia.
Untuk memuluskan transfer knowledge itu pun SAP tidak main-main. Didatangkanlah sembilan orang karyawan terbaik SAP dari berbagai negara, mulai dari Amerika Serikat, Rusia, dan Australia. Mereka berbagi keahliannya dalam berbagai bidang, mulai dari strategi, pemasaran, IT, human resources, finansial, dan konsultasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka dihadapkan pada dinamika perkembangan pasar, tim yang beragam, dan memiliki sejumlah kesempatan untuk mengasah kemampuan kepemimpinan mereka," tulis SAP dalam keterangan yang diterima detikINET, Rabu (23/9/2015).
Setyo Nugroho, Wakil Dekan Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember mengatakan, tim SAP itu juga membahas isu-isu tentang bagaimana mengembangkan model bisnis di seluruh wisata bahari.
"Mereka membantu kami untuk mendiskusikan berbagai aspek dari energi, transportasi, ekonomi, keanekaragaman hayati, bisnis wisata bahari dan lingkungan," ujarnya.
Menurut Setyo, berpatokan dari pulau-pulau yang sama kecil di tempat lain di dunia yang dikombinasikan dengan wawasan bisnis yang kuat dan penalaran suara dari tim SAP telah menghasilkan perspektif komersial yang berharga dari konsep pembangunan pulau kecil.
Suryani Halim, Kepala Inkubator Bisnis Universitas Ciputra, mengaku senang dengan program SAP Social Sabbatical terutama para peserta SAP, seperti Steve Weiss, Gregory Miller, dan Krestinna Gorodetskaya.
"Mereka secara kreatif telah bekerja dalam pengembangan dan implementasi praktik terbaik, dan telah memberikan awal yang baik untuk perkembangan jaringan alumni Universitas Ciputra," kata Suryani.
Sementara Robert Gardiner, Penasehat Manajemen untuk Prestasi Junior Indonesia mengatakan, para sukarelawan SAP telah membantu dalam mengembangkan sistem strategis dan bahan pendukung untuk PJI dalam membantu mereka yang kurang beruntung dalam mencapai pekerjaan yang baik setelah lulus dari sekolah.
"Sembilan orang karyawan SAP itu telah menyelesaikan satu bulan tugasnya dengan penuh komitmen membantu dunia berjalan lebih baik dan meningkatkan kehidupan masyarakat Indonesia dengan investasi sosial strategis yang memiliki dampak cukup panjang dan berkelanjutan," kata Megawaty Khie, Wakil Presiden dan Managing Director SAP Indonesia.
Jacob Stark dari Program Pengembangan Kepemimpinan IMPACT di SAP dan merupakan salah satu peserta Social Sabbatical di Surabaya mengatakan," Saya percaya bahwa tipe kolaborasi ini dan membagikan ide merupakan hal yang penting, saat kita mencari cara mengatasi berbagai isu kompleks yang dihadapi dunia saat ini.β
Kathleen Rossi, peserta Social Sabbatical lainnya mengatakan, program itu memberinya sebuah pemahaman yang mendalam dari tantangan yang dihadapi oleh komunitas berkembang, dan bagaimana bisnis dapat membantu membahas isu tersebut.
(rou/ash)