Tahun 2014 tampaknya bukan tahun yang bagus buat Samsung. Sejumlah catatan buruk membuat jalan vendor asal Korea Selatan ini pun seperti terhuyung. Samsung harus beranjak, kalau tak ingin akhirnya terjungkal.
Beberapa laporan negatif ini dimulai dari menurunnya pengapalan smartphone Samsung, meskipun mereka masih besrtatus vendor ponsel terbesar di dunia. Dikatakan oleh IDC, volume pengapalan Samsung sepanjang kuartal ketiga tahun 2014 adalah 78,1 juta dengan market share 23,8%.
Yang perlu digarisbawahi adalah, Samsung satu-satunya vendor lima besar yang laporan year-on-year mengalami minus. Dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu, pencapaian Samsung memang turun 8,2% dengan jumlah pengapalan saat itu 85 juta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jumlah penurunan pengapalan smartphone tersebut tentu saja berimbas pada neraca keuangan mereka. Menurut catatan, laba Samsung Electronics 'hanya' USD 3,8 miliar atau turun 60% dari tahun lalu. Divisi mobile lebih parah lagi, keuntungannya anjlok 73,9%.
Padahal, saat memulai tahun 2014 silam. Samsung Mobile memberikan kontribusi keuntungan hingga 70% dari penjualaan smartphone khususnya Galaxy S dan Note. Memang keuntungan Samsung memang masih begitu besar, tapi penurunan di atas sepertinya patut diwaspadai.
Dibandingkan dengan musuh bebuyutannya Apple, justru perusahaan itu mengalami kenaikan keuntungan 11,3% dengan nilai penjualan sebesar USD 11,2 miliar. Ini tentu saja tamparan keras, apalagi penurunan keuntungan itu merupakan yang terendah bagi Samsung sejak tahun 2011.
Banyak penyebab mengapa akhirnya Samsung merana di tahun ini. Salah satunya adalah munculnya pesaing di level menengah ke bawah yang mampu menawarkan harga terjangkau dengan spesifikasi mumpuni. Salah satunya adalah Xiaomi, yang kuartal tahun ini saja mampu mencetak rekor lonjakan pengiriman smartphone.
Samsung memang harus bergegas untuk berbenah bila tak ingin terhempas. Melebarkan ekspansi produksi ke Vietnam dalam rangka memotong biaya distribusi agar lebih dekat ke negara berkembang, adalah salah satu cara yang dilakukan.
Mengucurkan dana USD 3 miliar ke pabrik di Vietnam sambil berharap bisa menurunkan harga jual sepertinya memang adalah langkah logis yang harus dilakukan Samsung.
Dan ultimatum agar Samsung tak terjebak dalam kemenangan masa lalu sudah dilontarkan. Informasi yang beredar memang belum dipastikan sepenuhnya. Namun konon, J.K. Shin yang saat ini memegang jabatan Head of Mobile Division Samsung sangat besar kemungkinan untuk digeser.
(tyo/fyk)