Rupiah Melemah, Industri TI Ikut Terpuruk
Hide Ads

Rupiah Melemah, Industri TI Ikut Terpuruk

- detikInet
Jumat, 04 Okt 2013 10:38 WIB
Adi Kusuma
Jakarta - Terus melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diakui cukup berdampak negatif terhadap industri teknologi informasi (TI) di Indonesia.

Menurut President Director PT Supra Primatama Nusantara, pemilik Biznet Networks, Adi Kusma, masalah ini cukup berdampak serius pada pembelian perangkat dan infrastruktur TI yang meninggi.

Imbasnya, belanja modal yang dikeluarkan perusahaan dan usaha kecil menengah (UKM) kian membesar. Alhasil, beberapa perusahaan mulai melirik infrastruktur TI yang lebih hemat dan efisien. Sementara bagi UKM, membangun infrastruktur TI jadi terasa memberatkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adi yang cukup lama malang melintang di industri internet ini mengatakan, teknologi cloud computing dapat menjadi solusi bagi perusahaan dan UKM untuk mengakali tingginya biaya TI.

"Dalam situasi saat ini, cloud computing bisa menjadi solusi dalam menekan angka capital expenditure. Karena pembelian infrastruktur TI sangat dipengaruhi kurs dolar AS," tulisnya melalui email kepada detikINET, Jumat (4/10/2013).

Menurut Adi, sosialisasi cloud computing dan pemanfaatannya, merupakan potensi bisnis di saat krisis nilai tukar mata uang asing semakin menggila.

Sejatinya, cloud computing mulai populer di Indonesia pada 2010. Bahkan secara tidak langsung, teknologi cloud computing telah digunakan jauh sebelumnya di Indonesia. Contohnya, beberapa platform sosial media dan online game di Indonesia, sudah mengadaptasi sistem cloud computing.

Worldwide Partner Conference yang beberapa pekan lalu diselenggarakan di Houston, Texas, AS, menyebut hasil riset Microsoft mengenai perkembangan dan keuntungan yang dapat diraih dari cloud computing.

Riset tersebut menyatakan cloud computing berpotensi menghasilkan profit 1,6 kali lebih besar dibanding cara konvensional seperti menyimpan dalam data storage, serta mampu meningkatkan bisnis hingga 2,4 kali lebih cepat.

Riset Microsoft juga mengungkapkan pada 2015 terdapat 915 jenis pekerjaan baru yang berhubungan dengan cloud computing. Pada tahun ini, cloud computing di Indonesia tumbuh 70% dibanding tahun 2012, kebanyakan dari mereka adalah perusahaan dan pebisnis.

Adi memperkirakan di masa mendatang akan semakin banyak perusahaan dan konsumen yang menggunakan layanan cloud computing, terlebih dengan semakin banyaknya pengguna ponsel pintar dan komputer tablet di Indonesia.

Sebagian besar dari mereka akan memilih provider yang mampu mengakomodasi kebutuhan end-to-end, dari perangkat sampai infrastruktur, dan yang paling penting adalah isu keamanan data user.

Biznet sendiri tak mau ketinggalan mencicipi gurihnya bisnis cloud computing. Melalui Biznet Cloud, perusahaan ini menawarkan penambahan tools di sisi firewall, untuk meningkatkan sistem keamanan.

Adapun layanan Biznet Cloud Server dengan kapasitas terendah saat ini adalah memori 1 GB dan 100 GB storage dengan tarif Rp 2,25 juta per bulan dan yang terbesar adalah memori 32 GB dan 100 GB storage dengan tarif Rp 14,5 juta per bulan.

Menurut Adi, sejak diluncurkan tahun 2010 jumlah pelanggan Biznet Cloud semakin bertambah jumlahnya. Beberapa di antaranya seperti startup company, perusahaan UKM, content provider, airlines, dan e-commerce mempercayakan datanya pada layanan cloud tersebut.


(rou/rns)

Berita Terkait