Motorola, Bang&Olufson, LG dan Vertu adalah sederet produsen ponsel yang tak mampu bertahan di dalam bisnis ini. Berita terakhir datang dari Motorola. Awal minggu ini perusahaan tersebut melaporkan bahwa mereka telah membatalkan perilisan ponsel Ivory E18 yang dibanderol seharga US$3.000 (sekitar Rp 30 jutaan), karena ponsel tersebut tidak mengundang minat media layanan komunikasi.
Sebelumnya, pada Oktober tahun lalu, Bang&Olufsen (perusahaan elektronik dari Denmark) yang juga memiliki ponsel yang dipasarkan di Eropa dengan harga lebih dari US$1500, telah menutup bisnis ini karena dinilai tidak menguntungkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ponsel super mahal dan bling-bling telah menjadi pasar yang besar di mana konsumsi yang mencolok mata merupakan salah satu cara untuk eksis, tapi sekarang ini ekonomi menjadi sangat berbeda bagi masing-masing orang," jelasnya.
Namun meski suram Nuovo, desainer Vertu tetap optimistis dengan mengatakan bahwa ponsel mewah akan kembali menggeliat dan menemukan peminatnya kembali. "Tidak ada bedanya dengan jam tangan ataupun mobil. Jika kamu menyasar orang yang menghargai sesuatu yang dibuat dengan tidak biasa, maka pasti akan ada sekelompok orang yang tertarik."
Menilik ke belakang, memang pasar ponsel mewah sempat menggeliat di tahun-tahun lalu. Hal ini ditunjukkan dengan rumah-rumah designer yang seakan berlomba masuk sektor ini, demikian dilansir detikINET dari Wired, Jumat (24/7/2009).
Beberapa di antara produk-produk berkelas tersebut ialah Prada dengan LG yang meluncurkan 2 ponsel LG Prada, kemudian Samsung bersama Emporio Armani dengan M&5500 Night Effectnya, disusul Motorola yang melahirkan Aura senilai US$2.000, dan selanjutnya Vertu yang mengeluarkan ponsel sangat mewah seharga US$6.000.
Tapi kini, bisnis tersebut terpaksa redup, seiring redupnya perekonomian dunia ini. (sha/faw)