Hal tersebut diungkap Dicky Sukmana, Chief Creative Panenmaya saat menjadi pembicara dalam Ngopi detikINET di Telkom University, Bandung, Selasa (29/9/2015).
Dikatakan olehnya, karena memiliki karakteristik yang berbeda tersebut, sebaiknya memposting konten yang sesuai dengan peruntukannya. Dia mencontohkan antara Facebook dan Twitter.
Menurut Dicky, Facebook cocok digunakan untuk memposting hal-hal yang bersifat menghibur. Sementara Twitter lebih pas bila menampilkan breaking news.
Dicky pun menyarankan jangan membuat profil yang nyeleneh dan kurangi mengunggah hal-hal negatif. Pasalnya, hal tersebut menjadi penilaian orang terhadap diri kita.
Bahkan tak jarang profil media sosial kerap dipantau oleh bagian Human Resource Departement (HRD) sebagai bahan pertimbangan saat merekrut karyawan.
"Saya pun saat memilih karyawan ngecek dulu Facebooknya. Kita lihat status-statusnya. Itu bisa jadi bahan pertimbangan saat akan menerima karyawan," ujarnya.
Pria berkepala plontos ini mengingatkan untuk memikirkan baik-baik saat akan memposting status di media sosial. "Ada yang izin sakit. Tapi malah posting lagi jalan-jalan di Path. Akhirnya malah kena SP (surat peringatan)," ujarnya.
Sementara itu, Redaktur Pelaksana detikINET Ardhi Suryadhi mengatakan, pengguna harus mengerti betul medsos yang digunakannya. Misalnya LinkedIn, karena merupakan medsos profesional jadi sebaiknya digunakan secara profesional juga.
"LinkedIn itu berisi informasi penting untuk dijadikan bahan pertimbangan suatu perusahaan saat merekut kita. Jangan sampai foto yang dipajang seperti dipakai di Facebook, dengan gaya alay dan sejenisnya," kelakar Ardhi.
Jadi, kata Ardhi, gunakan konten yang baik. Sehingga dinilai berkualitas oleh perusahaan yang ingin merekrut pegawai. Ditambahkannya, medsos menjadi personal branding.
"Ingin dinilai positif ya berikan konten yang baik. Jika kebiasaan user adalah sering komplain soal bos dan perusahaannya terdahulu, tentu akan sangat mungkin jika ia akan melakukan hal serupa ketika bekerja di perusahaan baru. Tentu ini jadi pertimbangan rekrutmen," tegasnya.
Berbicara dari kacamata bisnis, Yukka Harlanda, CEO Brodo menambahkan, kesalahan yang sering dilakukan pelaku usaha adalah tidak peduli dengan komplain konsumen di media sosial.
Menurutnya, jangan sampai komplain dibiarkan. Selain itu, customer service yang menanggapinya pun harus sabar dan benar-benar berjiwa melayani. Tak lupa dia mengingatkan bagi yang memegang akun bisnis agar jangan sampai tertukar dengan akun pribadi.
"Harus teliti, jangan sampai tak sengaja memposting hal pribadi di akun bisnis. Misalnya, ngajak temannya 'bro, nanti mau makan di mana?' memakai akun bisnisnya," pungkas Yukka.
(rns/rns)