Namun, tahukah Anda jika dalam praktiknya, cyber bullying tak melulu dilakukan oleh orang yang memiliki rasa benci dan dendam terhadap sang korban?
Menurut Ratih Zulhaqqi, seorang psikolog yang menjadi narasumber dalam acara 'Ngopi detikINET Goes To School' di SMAN 34 Jakarta, tindakan cyber bullying justru paling sering dilakukan oleh orang terdekat.
Masih ingatkah Anda akan kasus Dinda dan problematikanya dengan tempat duduk di Commuter Line? Foto yang tersebar di media sosial secara jelas menampilkan potongan gambar tentang curhatan Dinda di akun Path-nya.
Potongan gambar hasil capture tersebut lantas dengan cepat menyebar di berbagai media sosial. Logikanya, hanya orang yang menjadi teman di Path-nya sajalah yang bisa melakukan hal itu.
"Sebenarnya kans paling besar untuk melakukan tindak cyber bullying itu orang-orang terdekat di dalam media sosial, seperti teman Path, Twiiter, Facebook, dan lain-lain. Yang mana tadinya orang-orang itu bermaksud hanya sekedar lucu-lucuan," kata Ratih.

Para pelaku itu, secara tidak sadar sudah memicu suatu rantai bullying kepada teman mereka sendiri. Maka dari itu menurut Ratih, orang yang sudah terlanjur terjun ke dunia media sosial perlu menyiapkan mental yang kuat.
Tidak hanya itu, diimbau kepada seluruh pengguna internet agar bijak dalam menggunakan akun media sosialnya. "Sebelum memposting, sebaiknya dipikir dahulu apakah postingan itu nantinya bisa memicu cyber bullying atau tidak," pungkasnya.
(ash/ash)