Cerita Bos Facebook Saat Bangkit dari Titik Terendah
Hide Ads

Cerita Bos Facebook Saat Bangkit dari Titik Terendah

Fino Yurio Kristo - detikInet
Selasa, 17 Mei 2016 16:10 WIB
Cerita Bos Facebook Saat Bangkit dari Titik Terendah
Foto: Istimewa
Jakarta - Chief Operating Officer Facebook Sheryl Sandberg adalah salah satu wanita paling powerful di jagat teknologi. Belum lama ini, Sheryl berbagi kisah dalam pidatonya yang menyentuh di hadapan para wisudawan University of California, Berkeley.

Ia banyak menceritakan soal suaminya yang meninggal dunia tahun lalu, Dave Goldberg. Dave meninggal saat sedang berolahraga di ruang kebugaran dan membuat Sheryl sangat berduka. Namun ia bisa bangkit walau kehilangan pasangan hidupnya.

"Beberapa bulan setelah itu, aku menelan kabut duka yang pekat, sebuah kehampaan yang memenuhi hatimu, membuatmu sulit untuk berpikir atau bernapas. Hari ini, aku akan mengatakan tentang apa yang kupelajari soal kematian," kata Sheryl yang detikINET kutip dari Bloomberg.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Waktu itu aku sedang tidur, Dave olahraga. Yang terjadi kemudian tak terpikirkan, aku menemukannya sudah terbaring di lantai. Pulang ke rumah untuk memberitahu anakku kalau ayah mereka sudah tiada. Melihat petinya dibenamkan ke tanah".

"Kematian Dave mengubah hidupku dalam cara sangat mendalam. Aku belajar soal dalamnya kesedihan dan brutalnya kehilangan. Namun aku juga belajar bahwa ketika hidup menelanmu, kamu bisa menendang dan ke permukaan, kembali untuk bernapas. Aku belajar bahwa di hadapan berbagai tantangan, kamu bisa memilih kebahagiaan dan maknanya,"

Sheryl menyebut Dave sebagai pasangan sejatinya, yang mendukung karir sang istri sehingga melesat begitu tinggi. Dave misalnya, memotivasi Sheryl agar bernegosiasi dengan CEO Facebook Mark Zuckerberg agar mendapat gaji lebih tinggi sampai mendapat cuti kelahiran lebih panjang.

Dave pula yang selalu menolongnya menghilangkan kesedihan karena Sheryl merasa kurang banyak waktu untuk buah hati mereka. Dave sendiri cukup sukses sebagai CEO perusahaan riset SurveyMonkey sehingga mereka dinilai sebagai salah satu pasangan paling powerful di Silicon Valley.

"Saat aku berdiri di sini, setahun setelah hari terburuk dalam hidupku, ada dua hal yang menjadi kebenaran. Aku memiliki kesedihan yang selalu denganku, di mana aku bisa menyentuhnya. Aku tak tahu kalau aku bisa menangis sangat sering, atau sangat banyak,"

"Namun untuk kali pertama, aku bersyukur untuk tiap napas ini, bersyukur untuk kehidupan itu sendiri. Adalah ironi terbesar di hidupku bahwa kehilangan suami membantuku menemukan syukur yang lebih mendalam, syukur untuk kebaikan teman, cinta di keluargaku dan tawa anak anakku,"

Dalam akhir pidatonya, Sheryl memberi nasehat untuk para lulusan. Mengingatkan bahwa hari ke depan tidak akan mudah.

"Jika tantangan hadir, kuharap kalian ingat kalau yang ada di dalam dirimu adalah kemampuan untuk belajar dan tumbuh. Kamu tidak lahir dengan kekuatan yang sudah ditetapkan. Seperti halnya ototmu, kamu bisa membangunnya. Dalam proses itu kamu akan mengetahui siapa sebenarnya dirimu, dan mungkin kamu menjadi versi yang terbaik dari dirimu sendiri," sebutnya.

"Bangunlah kekuatan di dalam dirimu. Ketika tragedi dan kekecewaan menghantam, ketahuilah kalau kamu memiliki kemampuan untuk menjalani semuanya. Aku berjanji padamu. Seperti yang dikatakan, kita lebih lemah dari yang kita pernah pikirkan, namun kita lebih kuat daripada yang kita bayangkan,"

(fyk/ash)
Berita Terkait