Deteksi Korban Asap, Barudak Bandung Ciptakan Alana
Hide Ads

Hackathon Merdeka 2.0

Deteksi Korban Asap, Barudak Bandung Ciptakan Alana

Baban Gandapurnama - detikInet
Sabtu, 24 Okt 2015 16:10 WIB
Tim Burayoy. (baban/detikINET)
Bandung -

Tercatat 70 tim ambil bagian dalam kompetisi Hackathon Merdeka 2.0 untuk area kota Bandung. Mereka berlomba-lomba membuat aplikasi terkait data kependudukan dan evakuasi korban bencana asap.

Dari sekian banyak peserta, terdapat salah satu tim yang siap merancang aplikasi khusus mendeteksi korban asap. Tim Burayot ini terdiri tiga anak muda. Mereka yaitu Rini Syakinah (20), Riyandika Andhi (25) dan Mochammad Taufiq (27).

"Nama aplikasinya 'Alana' atau Aplikasi Laporan Bencana," ucap Rini di lokasi kompetisi Hackathon Merdeka 2.0, Gedung IDeC Telkom, Jalan Gegerkalong Hilir, Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu (24/10/2015).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bencana asap akibat kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan memicu keprihatinan publik Indonesia, bahkan dunia. Perlu adanya sarana teknologi informasi berkonsep sederhana yang diterapkan sebagai langkah deteksi dini guna menyelamatkan masyarakat yang terkena dampak bahaya asap. Evakuasi serta tindakan cepat bisa dilakukan setelah aplikasi mendeteksi posisi atau letak warga yang butuh segera bantuan.

"Aplikasi yang kita konsep ini berbasis pesan singkat atau SMS. Ilustrasinya, misalnya di satu daerah (bencana asap), warga tinggal SMS menggunakan handphone soal berapa jumlah korban yang harus dievakuasi serta di mana tempat tinggalnya. Atau warga melaporkan adanya balita yang terkena ISPA" kata Riyandika.

Setelah SMS diterima operator, sambung Riyandika, aplikasi Alana berfungsi mengetahui koordinat daerah yang meminta pertolongan. Manfaatnya memudahkan para penyelamat menemukan tempat dan menentukan cara bertindak. "Nah, nantinya pihak-pihak terkait langsung bergerak sesuai dengan titik lokasi," ujar Riyandika.

Taufiq memperjelas soal siapa pengguna aplikasi tersebut. "Ada masyarakat, relawan dan pemerintah pusat. Terpikirnya, nanti ada operator yang mengendalikan setiap laporan SMS yang masuk," tutur Taufiq.

Kenapa skema pelaporannya memanfaatkan layanan pesan singkat? "SMS ini enggak perlu jaringan internet dan pulsa data. Sebab di daerah-daerah kan masih banyak warga menggunakan handphone biasa atau bukan smartphone," Taufiq memaparkan.

Ketiga anak muda Bandung yang bekerja di bidang software development ini memilih merancang aplikasi yang bermanfaat saat terjadinya bencana asap di Indonesia. "Alasan kami membuat aplikasi tersebut karena lebih urgent," tutup Taufiq.



(bbn/ash)
Berita Terkait