"Menjadi persoalan kesejahteraan, di mana banyak orang walau sudah memiliki pekerjaan namun di bawah UMR yang kemudian bergabung dengan Go-Jek atau grab untuk mendapatkan tambahan penghasilan," kata Pengamat sosial dari Universitas Indonesia, Devie Rahmawati saat dihubungi, Kamis (13/8/2015).
Devie berpendapat, umumnya walau masyarakat sudah bekerja dan mendapat gaji yang besar, namun karena tingginya kebutuhan dan pendapatan yang tidak mampu mengejar kebutuhan membuat masyarakat mencari tambahan penghasilan. Hal ini terjadi disebabkan karena banyaknya biaya tidak terduga yang keluar akibat semrawutnya fasilitas umum.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sedangkan bagi mereka yang memang berada di ekonomi lemah pekerjaan seperti, tukang parkir, ojek satu-satunya mata pencaharian penghasilan perlu untuk di bina, bukan hanya nongkrong dan tidak ada kepastian menunggu penumpang tapi bagaimana mereka nantinya memberikan kenyamanan untuk konsumen," urai Devie.
Menurut Devie, perusahaan-perusahaan seperti Go-Jek maupun grab hanya perusahaan teknologi applikasi atau IT yang bukan bertujuan untuk bisnis hanya perusahaan yang mencoba memfasilitasi mereka yang berada di ekonomi lemah untuk dikoordinir menjadi moda transportasi yang aman, cepat dan nyaman.
"Karena kemacetan kenyamanan konsumen diabaikan begitu saja. Para enterpreneur ini muncul dengan memanfaatkan peluang yang ada, bahkan sampai membuka lapangan pekerjaan sebagai general usahanya, bahkan orang yang sudah punya pekerjaan tertarik dan ikut mendaftar, dengan tujuan masyarakat mendapatkan trasportasi yang cepat, aman dan nyaman," tutup dia.
(ndr/fyk)