Intimidasi yang dilakukan para tukang ojek pangkalan mulai terkuak sejak seorang pengguna layanan Go-Jek bernama Boris Anggoro bercerita di akun Facebooknya. Mulai saat itu, satu per satu kabar terkait ancaman yang dilakukan tukang ojek pangkalan bermunculan.
Saat berbincang dengan detikINET, Eko Febri salah seorang rider Go-Jek, mengaku pernah mendapat intimidasi dari pengojek pangkalan. "Pernah diusir pas menunggu penumpang di apartemen kawasan Setiabudi," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski belum pernah mengalami ancaman, Alchatiri -- tukang ojek digital lainnya -- menentang tindakan intimidasi yang dilakukan para tukang ojek pangkalan. Menurutnya, kejadian ini dikarenakan tukang ojek pangkalan kurang bisa membuka diri untuk lebih berkembang.
"Mereka tidak mau terusik. Padahal keberadaan kami bukan untuk mengusik," ujar pria yang baru dua bulan berstatus rider Go-Jek ini.
Lebih lanjut Alchatiri mengatakan, pihak Go-Jek sejatinya sudah sering merangkul tukang ojek pangkalan. Sayangnya, banyak yang menolak pinangan tersebut.
"Mereka sudah nyaman dengan kondisinya dan tidak mau berubah. Padahal di Go-Jek pendapatan mereka bisa bertambah. Kalau malas saja bisa dapat Rp 100 ribu, apalagi yang rajin," tuturnya.
Nada penolakan pun dilontarkan pengemudi Go-Jek lainnya bernama Suyono. Meskipun saat ini ia masih kerap mangkal, namun tindakan intimidasi yang dilakukan oleh tukang ojek pangkalan ditentang olehnya.
Suyono menganggap, kurangnya pemahaman terhadap teknologi membuat tukang ojek pangkalan antipati dengan aplikasi pemesanan ojek online. Hal tersebut pernah dirasakan di pangkalannya. Pria berusia 42 tahun ini lantas coba menjelaskan mengenai aplikasi Go-Jek ke teman-temannya di pangkalan.
"Alhamdulillah di pangkalan saya tidak ada lagi iri-irian dengan Go-Jek. Malah setelah dijelaskan ada yang niat gabung. Tapi ada juga yang tetap gak mau pakai. Tidak apa-apa, itu pilihan mereka," Suyono menandaskan.
(ash/ash)