Orang Indonesia Suka Kepoin Klien di Internet
Hide Ads

Orang Indonesia Suka Kepoin Klien di Internet

- detikInet
Minggu, 03 Mei 2015 14:43 WIB
Ilustrasi (gettyimages)
Jakarta - Budaya 'kepo' (serba ingin tahu) tampaknya sudah merambah ke dunia profesional. Studi terbaru dari LinkedIn mengungkap bahwa 42% profesional di Indonesia mengecek foto profil seseorang sebelum meeting.

Angka ini tertinggi dibandingkan dengan 19 negara lain yang disurvei dalam studi LinkedIn New Norms @Work.

Mengapa profesional di Indonesia sering melakukan hal ini? Studi LinkedIn New Norms @Work mengungkap bahwa profesional di Indonesia sering memberi kesan pertama terhadap seseorang berdasarkan foto profil orang tersebut. Mengingat pentingnya foto profil dalam membentuk kesan pertama, maka tidak mengherankan kalau profesional di Indonesia (51%) paling berhati-hati dalam memilih foto profil di jaringan profesional online dibandingkan profesional di negara lain.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Angka ini menunjukkan bahwa profesional di Indonesia paling memperhatikan image dibanding profesional di 19 negara lain yang telah disurvei dalam studi terbaru dari jaringan LinkedIn.

Studi LinkedIn New Norms @Work menunjukkan bahwa para profesional di Indonesia mendapat kesan pertama terhadap seseorang melalui gambar profilnya di media sosial. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika sebanyak 42% profesional di Indonesia akan melihat gambar profil seseorang sebelum bertemu dengannya.

“Di era digital di mana media sosial telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, maka seorang profesional harus bisa membangun professional brand mereka di dunia online. Lebih dari setengah profesional di Indonesia pun setuju bahwa mempromosikan diri melalui platform media sosial sangat penting,” kata Cliff Rosenberg, Managing Director LinkedIn untuk Asia Tenggara, Australia, dan New Zealand.

Studi ini juga mengungkap bahwa sebanyak 63% profesional di Indonesia menyatakan bahwa mereka tidak termasuk 'yes employees' atau 'order takers' (karyawan yang selalu mengerjakan sesuatu seperti apa yang diperintahkan). Angka ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata global yaitu 57%. Hal ini juga didukung dengan data bahwa 76% profesional di Indonesia tidak sungkan untuk menyuarakan pendapat dan memberikan ide.

Jika dilihat dari angka di atas, secara global para profesional saat ini memang lebih berani bersuara. Ketika ditanya tentang hal apa yang akan mereka lakukan sekarang yang tidak bisa mereka lakukan pada awal karir, lebih dari setengahnya profesional di seluruh dunia menjawab mereka akan lebih berani dalam menyuarakan pendapat dan memberi ide kepada atasan.
 
“Dengan memanfaatkan berbagai macam pendapat akan memperkuat kualitas pengambilan keputusan dalam organisasi,” kata Rosenberg. “Selain berbagi pendapat di dalam perusahaan atau tim, para pekerja profesional juga bisa menyuarakan pemikirannya di berbagai platform seperti LinkedIn agar dapat menjangkau cakupan yang lebih luas baik secara lokal maupun global,” lanjutnya.

Beberapa fakta menarik lain dari hasil studi LinkedIn New Norms @Work bisa dilihat di bawah ini.

-. Hampir setengah (48%) dari profesional di Indonesia yang disurvei selain terkoneksi di jaringan profesional juga berteman dengan kolega kerjanya di berbagai platform media sosial non-profesional. Namun di saat yang sama, mereka juga tetap memperhatikan professional image mereka. Buktinya, sebanyak 22% profesional di Indonesia khawatir tentang apa yang rekan kerjanya pikirkan tentang diri mereka berdasarkan konten yang mereka pasang di media sosial.

-. 51% profesional Indonesia mengaku lebih berhati-hati dalam mengunggah foto profil di situs profesional dibandingkan dengan akun media sosial non-profesional karena sebanyak 31% menyatakan mereka memberi kesan pertama terhadap seseorang melalui foto profil di media sosial.

-. 42% profesional di Indonesia sering mengecek gambar profil seseorang sebelum bertemu dengan mereka.

-. Walaupun saat ini banyak perusahaan yang menerapkan pakaian kasual di kantor, profesional di Indonesia tetap memperhatikan penampilannya di tempat kerja. Buktinya, 77% profesional di Indonesia memisahkan antara pakaian kerja dengan pakaian santai.

-. 38% profesional perempuan percaya mereka akan dinilai lebih dalam berpakaian dibandingkan dengan laki-laki (rata-rata global 25%). Sedangkan, pria cenderung untuk mencari pendekatan yang lebih preskriptif daripada rekan-rekan perempuan mereka dan lebih memilih lingkungan yang memiliki norma-norma yang jelas tentang pakaian kerja.

-. Kejujuran menjadi suatu nilai yang dipegang teguh oleh profesional di Indonesia. Nyatanya, meski mereka pernah dipecat dari perusahaan sebelumnya, hampir setengah dari mereka mengaku akan jujur tentang hal tersebut. Di Malaysia hanya 35% profesional akan berkata jujur tentang ini, sedangkan di Singapura hanya 31%.

(ash/ash)
Berita Terkait