Bureau 12 adalah divisi yang beranggotakan ahli-ahli komputer yang berbakat dan mendapat pelatihan sejak usia dini.
Pelatihan tersebut dilakukan di University of Automation, universitas milik militer Korea Utara. Mereka memilih anak-anak yang berbakat di bidang tersebut, dan menyekolahkannya di universitas tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti yang dilansir Reuters, Jumat (5/12/2014), Jang menceritakan kisah seorang temannya yang bekerja di Bureau 121. Temannya itu adalah hacker yang bekerja 'di luar kantor'. Sebagai samaran, ia ditempatkan untuk bekerja di perusahaan perdagangan.
"Tak ada yang tahu, perusahaannya berbisnis seperti biasa. Itulah yang membuat (pekerjaannya) lebih menakutkan," ujar Jang.
Kesejahteraan keluarganya pun terjamin. Teman Jang --yang berasal dari daerah pedesaan di Korea Utara-- mampu membiayai keluarganya untuk tinggal di sebuah apartemen yang sangat besar di pusat kota Pyongyang.
"Insentif untuk ahli cyber di Korea Utara sangatlah besar. Mereka adalah orang yang sangat kaya di Pyongyang," tambah Jang.
Ada juga Kim Heung-kwang, seorang profesor ilmu komputer asal Korea Utara yang membelot ke Korea Selatan tahun 2004. Ia menyebut hacker adalah pekerjaan impian di Korea Utara.
"(Menjadi hacker) mempunyai kebanggaan tersendiri. Ini adalah pekerjaan 'kerah putih' di sana, dan banyak orang yang mengidamkan pekerjaan seperti itu," ungkap Kim.Di Korut, Hacker Jadi Profesi yang Didambakan
Korea Utara mempunyai pasukan elite khusus cyber yang diberi nama Bureau 121. Hacker yang difungsikan sebagai alat bela negara ini, begitu disanjung di negaranya.
Bureau 12 adalah divisi yang beranggotakan ahli-ahli komputer yang berbakat dan mendapat pelatihan sejak usia dini.
Pelatihan tersebut dilakukan di University of Automation, universitas milik militer Korea Utara. Mereka memilih anak-anak yang berbakat di bidang tersebut, dan menyekolahkannya di universitas tersebut.
Jang Se-Yul adalah salah seorang pernah belajar di kampus tersebut, sebelum akhirnya ia melarikan diri ke Korea Selatan enam tahun yang lalu.
Seperti yang dilansir Reuters, Jumat (5/12/2014), Jang menceritakan kisah seorang temannya yang bekerja di Bureau 121. Temannya itu adalah hacker yang bekerja 'di luar kantor'. Sebagai samaran, ia ditempatkan untuk bekerja di perusahaan perdagangan.
"Tak ada yang tahu, perusahaannya berbisnis seperti biasa. Itulah yang membuat (pekerjaannya) lebih menakutkan," ujar Jang.
Kesejahteraan keluarganya pun terjamin. Teman Jang --yang berasal dari daerah pedesaan di Korea Utara-- mampu membiayai keluarganya untuk tinggal di sebuah apartemen yang sangat besar di pusat kota Pyongyang.
"Insentif untuk ahli cyber di Korea Utara sangatlah besar. Mereka adalah orang yang sangat kaya di Pyongyang," tambah Jang.
Ada juga Kim Heung-kwang, seorang profesor ilmu komputer asal Korea Utara yang membelot ke Korea Selatan tahun 2004. Ia menyebut hacker adalah pekerjaan impian di Korea Utara.
"(Menjadi hacker) mempunyai kebanggaan tersendiri. Ini adalah pekerjaan 'kerah putih' di sana, dan banyak orang yang mengidamkan pekerjaan seperti itu," ungkap Kim.
(asj/tyo)











































