Indonesia Mau Bangun Kota Pintar? Ini Syaratnya!
Hide Ads

Indonesia Mau Bangun Kota Pintar? Ini Syaratnya!

- detikInet
Rabu, 04 Des 2013 14:14 WIB
Indonesia Mau Bangun Kota Pintar? Ini Syaratnya!
Jakarta - Smart city alias kota pintar bisa saja diwujudkan di Indonesia. Namun menurut Guru Besar STEI Institut Teknologi Bandung, Suhono Harso Supangkat, ada syaratnya. Salah satunya, Indonesia butuh akses broadband yang stabil dan luas.

"Teknologi broadband adalah salah satu yang dibutuhkan untuk mewujudkan smart city dari sisi infrastruktur selain transportasi umum, air, energi, lingkungan hidup. Faktor lainnya adalah kepemimpinan, komitmen dan peran serta swasta, masyarakat, dan universitas," paparnya di Jakarta, Rabu (4/12/2013).

Melihat kondisi Indonesia saat ini, Suhono pun merasa tergerak. Bersama Gilarsi Wahju Setijono, Chaiman Shafira Corporation, dan Sakti Wahyu Trenggono, CEO TRG Investama, mereka kemudian berinisiatif membentuk Smart Transformation Group (STG).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

STG akan melakukan assessment terhadap kesiapan masing-masing kota dengan menggunakan City Maturity Index dalam menuju posisi yang dapat diakui sebagai kota yang cerdas alias smart city.

Hasil assessment ini kemudian akan dijadikan sebagai City Ranking yang mana semua kota akan dapat saling belajar (benchmarking) terhadap kota-kota lain yang pada City Ranking memiliki tingkat kematangan (maturity) yang lebih tinggi.

Seperti apa konsepnya? Simak penjelasan Suhono lebih lanjut.





Konsep Smart City

Konsep Smart City pada umumnya adalah suatu konsep bagaimana situasi kota bisa diketahui oleh pengelolanya, warganya, atau calon pendatang, sehingga kalau ada ketidakberesan di suatu kota, pemangku kepentingan bisa segera mengambil keputusan segera.

"Kami secara intensif memikirkan problem kota-kota di Indonesia sebagai akibat dari intensitas urbanisasi yang kian deras," kata Profesor Suhono yang sempat menjabat sebagai staf ahli Menkominfo di era Muhammad Nuh.

Menurutnya, proses pengukuran, mulai dari mengetahui hingga antisipasi atau adaptasi akan bisa cepat jika dibantu dengan teknologi informasi dan komunikasi. Prosesnya merupakan urutan sensing (mengukur), understanding (mengetahui), hingga controlling (pengendalian).

Tak perlu Blusukan

Suhono menjelaskan, jika teknologi broadband bisa dioptimalkan maka untuk sensing tak perlu seorang pemimpin repot-repot blusukan.

"Tinggal pasang sensor di kotanya, nanti laporan masuk secara real-time. Ini akan mempercepat pemimpin untuk mengambil keputusan. Nanti tinggal manfatkan cloud computing untuk penyimpanan dan analisa data," jelasnya.

Lebih lanjut diungkapkan olehnya, kendala untuk mewujudkan smart city itu sebenarnya ada pada pola pikir, pola tindak, dan budaya masyarakat kota.

"Kalau bicara masalah infrastruktur kan bisa kolaborasi swasta-pemerintah. Bicara investasi untuk mewujudkan smart city akan sangat tergantung dari infrastruktur yang ada dan keinginan sampai di mana level kepuasan penduduk untuk nyaman, aman, dan sejahtera," jelasnya lebih lanjut.

Perlu Dukungan Masyarakat

Diharapkan, seluruh elemen masyarakat bisa berpartisipasi mewujudkan smart city dalam proses transformasi kota menjadi "Smarter City, Smarter Cities, dan Smarter Indonesia".Β 

Menurut Suhono, partisipasi masyarakat dalam program ini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Mulai dari mengakses situs www.smarterindonesia.org, maupun melalui akun social media "Ngobrol Kota".

"Partisipasi aktif masyarakat pun menjadi kekuatan kita untuk menciptakan perkotaan di Indonesia ke arah yang lebih baik," pungkas salah satu guru besar di kampus ITB ini.
Halaman 4 dari 4
(rou/rou)

Berita Terkait