Beberapa waktu lalu, saat BBM lintas platform diperkenalkan secara heboh di Indonesia, salah satu petinggi BlackBerry pernah berucap penuh percaya diri kalau servernya sanggup melayani lonjakan trafik pengguna.
"Tentu saja, kami sudah menyiapkan server untuk menambah kapasitas jumlah pengguna BBM yang bakal melonjak. Kalau tidak, kami tentu tak akan berani bilang, kami bisa bersaing dengan apps messaging lainnya," kata Khrisnadeep Baruah, Senior Director Channel Marketing BlackBerry Asia Pasifik, kala itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
BlackBerry seakan tak kuasa menahan serbuan 6 juta pengguna yang telah mendaftarkan diri. Baru segitu saja sudah tidak kuat, bagaimana mau bersaing dengan Whatsapp dan lainnya yang sudah punya lebih dari 200 juta pengguna global.
Saat ini, pengguna BlackBerry di dunia tercatat ada 72 juta dengan pengguna aktif BBM 60 juta. Dari 60 juta itu, 30 juta di antaranya berinteraksi lewat BBM Group. Total, ada 10 miliar pesan BBM yang lalu-lalang di server BlackBerry setiap harinya dengan penggunaan rata-rata per pengguna, 90 menit per hari.
Banjir Data
|
Β
Prediksi itu mungkin bisa terjadi lebih cepat. Pasalnya, menurut Senior Vice President IBM untuk urusan System & Technology, Tom Rosamilia, saat ini saja sudah ada 1,8 miliar pengguna smartphone di bumi ini. Dan dalam beberapa tahun ke depan, jumlahnya dipastikan akan meningkat sangat pesat.
"Dengan angka 1,8 miliar pengguna smartphone saja dalam sehari ada 2,5 miliar gigabyte data yang tercipta, bayangkan apa yang bakal terjadi di tahun 2020 nanti?" kata dia dalam keynote speech IBM Enterprise 2013 di Orlando, AS, yang turut dihadiri detikINET.
Memang dalam kesempatan ini, Tom tidak menyebutkan langsung soal BBM. Namun apa yang dikatakan dia secara umum, ada sangkut pautnya. BBM dan layanan sejenisnya memang salah satu 'biang kerok' yang bisa bikin orang-orang IT pusing tujuh keliling
Big data, cloud computing, social media, dan mobile. Keempat kata kunci ini yang menjadi penyebab, kenapa dalam sehari bisa ada sedikitnya 2,5 miliar gigabyte data yang dihasilkan masyarakat digital. Itu pula yang jadi alasan, infrastruktur itu begitu penting. Salah satu contohnya, ya supaya infrastruktur jaringan seperti BBM tidak keok.
Big Data, Data yang Benar-benar 'Big'
|
Bayangkan saja. Di era teknologi saat ini, orang sejak lahir hingga menghembuskan nafas yang terakhir bisa menghasilkan tumpukan data yang tak terhingga. Kalau diibaratkan lembaran kertas, mungkin tumpukannya bisa melampaui puncak gunung tertinggi.
Tak percaya? Saat lahir, para orang tua zaman sekarang sudah sibuk memposting foto kelahiran anaknya via Facebook, Twitter, Path, dan social media sejenisnya. Belum lagi jika kabar itu juga dikirimkan lewat BlackBerry Messenger, email, WhatsApp, dan messaging lainnya.
Andaikan tiap foto itu berukuran 100 KB sampai 5 MB, jika saja ada seribu anak yang terlahir setiap hari di dunia, atau bisa jadi lebih, bisa dibayangkan berapa jumlah data yang tertumpuk setiap harinya, setiap minggu, setiap bulan, atau bahkan dalam setahun.
Belum lagi jika data-data tersebut terduplikasi. Bayangkan saja dalam seumur hidup manusia, berapa juta data yang dihasilkan tiap orang. Seperti kata Tom tadi, ada lebih dari enam miliar penduduk di muka bumi ini yang siap jadi masyarakat digital.
"Dengan jumlah penduduk yang ada saja, ada lebih dari satu triliun yang terkoneksi," kata dia. Lantas, satu triliun koneksi itu apakah hanya dihasilkan manusia? Tidak juga. Dengan tren machine to machine (M2M), tumpukan data bisa makin meledak. Jumlahnya bisa tak terhingga berlipat ganda.
Duplikasi Data
|
Masalah duplikasi data, kata Tom, menghantui orang-orang IT. Bisa bikin para CIO pusing. Jelas saja, dengan budget yang flat alias datar-datar saja, tapi kebutuhan untuk IT terus naik, khususnya untuk beban biaya infrastruktur.
Itu sebabnya, IBM yang sudah tak lagi menggeluti pengadaan perangkat komputasi ritel dan lebih memilih untuk bermain di balik layar, jadi lebih fokus untuk menggarap bisnis middleware sesuai kompetensinya dari dulu. Mulai dari ainframe, AS 400, storage, cloud computing, dan segala bisnis yang berbau enterprise.
"Duplikasi data cuma akan jadi sampah, dan buang-buang kapasitas storage saja. Bikin lambat kapasitas buat mengolahnya. Banyak perusahaan menghabiskan 70% sumber dayanya untuk bertahan mengurusi masalah ini. Padahal dengan smart infrastruktur bisa bantu mereduksinya," kata Senior Vice President IBM & Group Executive IBM Software & Systems, Steve Mills.
Seperti apa smart infrastruktur yang dimaksud, detikINET akan mengulasnya lebih jauh dalam laporan berikutnya dari acara IBM Enterprise 2013 yang tengah berlangsung di Orlando, Florida, AS.
Halaman 2 dari 4