Presiden Direktur Axis Erik Aas mengungkapkan dana tersebut akan dipergunakan untuk membangun lebih dari 3.000 Base Transceiver Station (BTS) yang disiapkan untuk layanan seluler 2G dan 3G miliknya.
"Saat ini kami telah membangun lebih dari 300 BTS di Surabaya dan lebih dari 200 BTS di Bandung. Sementara di Jakarta, BTS yang kami bangun lebih banyak dari kedua kota tersebut," ujarnya seusai meresmikan hadirnya layanan seluler Axis di Bandung, Jumat (28/3/2008).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya rasa penggunaan inftrastruktur bersama ialah hal yang baik," cetus Aas sembari mengatakan, infrastruktur BTS yang digunakannya menggunakan produk dari penyedia jaringan Ericsson dan Huawei. "Porsi pembangunan oleh keduanya fifthy-fifthy," imbuhnya.
Bagi NTS, tarif masih menjadi senjata kompetisi untuk merebut hati konsumen. Aas mengatakan, pihaknya telah menyiapkan skema tarif yang mudah diingat dan gampang dimengerti. Axis menawarkan tarif pesan singkat Rp 60 per SMS ke seluruh operator, biaya percakapan Rp 60 per menit ke sesama Axis, dan Rp 600 per menit untuk percakapan ke operator lain.
"Apa yang kami promosikan, itu yang akan kami tagihkan ke pelanggan," ujarnya sembari mengklaim skema tarif yang ditawarkan sebagai pilihan terbaik dari penawaran operator lain di pasaran.
Natrindo Axis merupakan perusahaan telekomunikasi yang sebelumnya dimiliki Grup Lippo. Namun kini, operator yang telah mengantungi lisensi nasional sejak 2002 ini telah dilego ke perusahaan telekomunikasi asing yakni Saudi Telecom Company dan Maxis Communication Berhad.
"Dengan dukungan dua pemain premium di bidang telekomunikasi internasional, kami yakin mereka tahu cara yang terbaik untuk menjadikan Axis sebagai penyelenggaran jaringan seluler dengan cakupan nasional terbesar," tandasnya.
(rou/wsh)