Deputy CEO Smart Telecom, Djoko Tata Ibrahim menjelaskan, subsidi tersebut terpaksa dilakukan pihaknya karena minimnya ketersediaan ponsel 1900 MHz yang beredar di pasaran.
"Kami memberikan subsidi 50% untuk setiap ponsel CDMA bundling yang kami lempar di pasaran demi memudahkan pelanggan kami," ujarnya, di sela peluncuran program bundling kartu perdana Smart dengan Haier, yang berlangsung di kantor pusat Smart -- Jakarta -- Jumat (15/2/2008).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sampai akhir januari 2008, layanan seluler Smart diklaim telah memiliki 500 ribu pelanggan, dimana 40 persen diantaranya berdomisili di Jakarta. Hingga paruh pertama 2008 ini, Smart mengharapkan mampu menembus 1 juta pelanggan seiring diluncurkannya program bundling CDMA tersebut.
"Hingga akhir tahun nanti kami menargetkan 3 juta pelanggan seiring telah beroperasinya layanan kami di Bali, Kalimantan dan Sulawesi," tukas Djoko.
Smart sendiri sampai saat ini masih berkutat di Pulau Jawa. Dalam menyediakan layanan selulernya, Smart telah memiliki sebanyak 1200 infrastruktur Base Transceiver Station (BTS) di Jawa. Di pulau ini sendiri, Smart menargetkan memiliki 1700 BTS hingga akhir tahun. Jadi jumlah totalnya ditambah dengan yang ada di luar Jawa mencapai 3000 BTS di akhir 2008.
Lebih lanjut Djoko mengungkapkan, dari 1000 BTS pertama yang digunakan untuk melayani pelanggannya, 90 persennya itu milik sendiri, sedangkan sisanya sewa. Kemudian, untuk 2000 BTS selanjutnya, ia berharap komposisinya akan lebih banyak pada co-location (sharing BTS), dimana komposisinya 65 persen sewa atau menara bersama dan 35 persennya bangun sendiri.
Khusus untuk infrastruktur BTS sendiri, Smart mengalokasikan sepertiga dari capital expenditure (capex) tahun ini yang mencapai US$ 350 juta, sedangkan dua pertiga sisanya untuk pengembangan infrastruktur jaringan telekomunikasi lainnya.
(ash/ash)