Indonesia dinilai memasuki fase penting dalam perkembangan kecerdasan buatan (AI). Dilansir dari laporan Empowering Indonesia 2025: Building Bridges of Tomorrow, tergambar bahwa RI memiliki modal yang cukup kuat untuk menjadi salah satu pemimpin AI di kawasan Asia Tenggara.
Besarnya populasi digital, meningkatnya kemampuan teknologi lokal, hingga makin matangnya arah kebijakan pemerintah, disebut menjadi alasan utama mengapa Indonesia patut mengambil posisi lebih strategis di ekosistem AI regional.
Laporan tersebut memperkirakan bahwa adopsi AI dapat meningkatkan pertumbuhan PDB hingga 6,8% per tahun. Jika akselerasi ini berlangsung konsisten, Indonesia berpotensi mencapai status negara berpendapatan tinggi lebih cepat dari proyeksi awal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Potensi tersebut muncul bersamaan dengan perubahan besar pada pola konsumsi digital masyarakat, pertumbuhan ekonomi internet, serta meningkatnya kebutuhan otomasi dan efisiensi di berbagai sektor industri.
Di tengah perkembangan tersebut, industri telekomunikasi dan teknologi nasional muncul sebagai salah satu komponen penting ekosistem. Laporan ini menyoroti peran beberapa perusahaan besar, termasuk Indosat Ooredoo Hutchison, yang dalam dua tahun terakhir memperlihatkan transformasi signifikan dari perusahaan telekomunikasi menjadi perusahaan teknologi.
Transformasi ini ditandai dengan keterlibatan aktif Indosat dalam pengembangan pusat data, penguatan layanan cloud, riset model bahasa lokal, hingga implementasi AI untuk berbagai kebutuhan operasional dan layanan digital.
Laporan tersebut menempatkan Indosat sebagai salah satu aktor yang ikut mempercepat kesiapan Indonesia di level infrastruktur dan penggunaan AI praktis di industri.
Dengan berbagai fondasi ini, Indonesia disebut mulai membangun 'siklus percepatan' yang saling menguatkan. Tingginya kebutuhan transformasi digital membuat industri semakin agresif mengadopsi dan mengembangkan AI.
Akselerasi industri kemudian memicu tumbuhnya riset, talenta, dan investasi baru. Ketika kapasitas nasional meningkat, minat regional terhadap inovasi lokal ikut bertambah, sehingga memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu pusat perkembangan AI di kawasan.
Ekosistem yang bergerak ini menciptakan dinamika positif yang terus bertumbuh: AI berkembang cepat, industri memperluas kapasitas, dan kawasan melihat Indonesia sebagai pemain kunci yang patut diperhitungkan.
Laporan tersebut pula menunjukkan bahwa AI berpotensi menjadi mesin pertumbuhan baru perekonomian Indonesia. Berbagai sektor seperti perdagangan, manufaktur, layanan profesional, keuangan, dan teknologi informasi diproyeksikan menerima dampak signifikan dari otomasi, analitik, dan sistem cerdas. Nilai tambah AI pada 2030 diprediksi mencapai USD 140 miliar.
Namun laporan ini juga mengingatkan bahwa peluang besar selalu datang dengan tantangan. Kekurangan talenta, ketergantungan pada infrastruktur asing, risiko misinformasi, serta kebutuhan tata kelola AI yang lebih solid menjadi pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan.
Meski demikian, keseluruhan temuan laporan menunjukkan bahwa arah Indonesia sudah berada di jalur yang tepat. Negara ini memiliki data, pasar, dan keragaman bahasa yang menjadi modal utama pengembangan model AI yang relevan secara regional.
Di sisi lain, peran sektor swasta, termasuk Indosat, ikut memperkaya kapasitas nasional melalui investasi di pusat data, riset, hingga pelatihan talenta. Kombinasi antara inisiatif pemerintah, kesiapan industri, dan antusiasme masyarakat digital menjadikan Indonesia berada pada momentum penting untuk memperkuat posisinya sebagai pemimpin AI regional.
Laporan Empowering Indonesia 2025 akhirnya menegaskan bahwa kepemimpinan AI tidak hanya ditentukan oleh kecanggihan teknologi, tetapi oleh kemampuan membangun ekosistem yang inklusif, kolaboratif, dan berkelanjutan.
Jika lima pilar utama, mulai dari infrastruktur hingga regulasi, dapat bergerak searah, Indonesia memiliki peluang nyata untuk memimpin gelombang AI berikutnya di kawasan Asia Tenggara.
(agt/fay)