Pemanfaatan teknologi memang diperlukan dalam mengembangkan usaha dagang. Dampaknya sudah pasti dapat membuka peluang, yang memberikan lebih besar pendapatan.
Salah satunya dengan cara tidak menyia-nyiakan kecanggihan media sosial. Kehadiran medsos mempermudah, khususnya para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), untuk mempromosikan produknya agar lebih dikenal.
Tentu ini bukan hanya cerita dongeng belaka, melainkan bentuk nyata dan bukti bahwa mereka yang ingin usahanya memuncak perlu beranjak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pelaku UMKM jangan melulu terjebak dengan metode usang, padahal satu sisi ingin sekali bisnisnya berkembang. Sudah banyak lho pelaku usaha yang mengalami perubahan, setelah sadar pemanfaatan teknologi perlu dilakukan.
Salah satunya UMKM asal Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), yang memproduksi jamu serbuk bernama Herbamira. Pergeseran cara berjualan dari offline ke online membuat penghasilannya meningkat.
Ini sedikit cerita perjalanannya, bagaimana ia berjuang membesarkan nama Herbamira di tengah gempuran teknologi yang semakin gila. Bagaimana upayanya bukan hanya untuk beradaptasi, tetapi juga berusaha mewujudkan mimpi.
Mengenal Jamu Serbuk Herbamira
![]() |
Terbang dari Jakarta menuju Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, detikcom pun bertemu dengan sang pemilik Herbamira. Namanya ialah Sahriuni Syam.
Ia bercerita, memulai usaha jamu herbal ini pada tahun 2020. Tepatnya ketika pandemi COVID-19 mulai menjadi mimpi buruk untuk masyarakat di Indonesia.
"Kenapa? Karena pada saat COVID itu kebutuhan akan minuman herbal meningkat, apalagi yang namanya jahe merah. Nah di situ kami mulai ikut kursus untuk bikin rempah ini, mulai produksi jahe," ungkap Sahriuni.
Sahriuni bilang saat pertama kali menjalankan usahanya, ia hanya memproduksi jahe saja. Tapi setelah banyak permintaan, varian rasa pun dihadirkannya.
"Herbamira ini untuk sekarang produksi ada 20 varian minuman rempah. Kami sebutnya minuman rempah ya, tapi sebenarnya jamu serbuk," kata Sahriuni.
Untuk proses pembuatannya, ia menjelaskan menggunakan metode ekstraksi dan kristalisasi. Di sini Sahriuni mengekstrak rempah-rempahnya dengan diparut dan diperas, yang kemudian airnya diambil.
Dari situ, proses berlanjut ke kristalisasi. Hasil ekstrak tadi akan dirubah menjadi serbuk.
Visi Mulia Herbamira
![]() |
Selain ingin memenuhi kebutuhan minuman herbal saat pandemi, ternyata ada misi lain yang dibawa oleh Herbamira. Salah satu alasan Sahriuni memilih usaha ini, karena ia ingin memanfaatkan kekayaan rempah di Pangkep.
"Bahan baku seperti jahe, jahe merah, kunyit, dan sereh sangat melimpah. Dan belum ada satu orang pun yang memanfaatkan, belum ada yang membuat pengolahannya," terang Sahriuni.
Oleh sebab itu, ia ingin fokus dalam mengembangkan usahanya ini, yang mengelola rempah menjadi minuman serbuk. Dengan begitu, visi dari Herbamira bisa terwujud.
"Di sini kami ingin menyajikan jamu yang bisa dinikmati oleh kaum milenial juga, karena manfaat tempah-rempah ini sangat banyak," tegasnya.
Melek Digitalisasi, Pemasukan Lebih Berisi
![]() |
Sahriuni mengatakan, mula-mulanya memasarkan produknya hanya ke keluarga terdekat dan teman-temannya. Ia mengungkapkan, saat ada orderan jamu serbuk baru dibuat, sehingga tidak memproduksi masal yang sisanya disimpan.
Lalu seiring berkembangnya teknologi, Shariuni mengaku mulai menggunakan media sosial untuk promosi. Platform yang digunakannya seperti Facebook dan Instagram.
"Kami belajar promosi lewat media sosial. Alhamdulillah semakin hari semakin banyak yang order dan mulai lah kami stok barang," ujarnya.
Di sini Sahriuni pun tidak melewatkan kesempatan baik ini. Ia bekerja sama dengan beberapa apotek dan toko oleh-oleh untuk menjual kulakannya.
Sekarang omsetnya telah meningkat signifikan. Sebelum melek teknologi, Herbamira disebut hanya menghasilkan Rp 150 ribu perminggu. Sedangkan sekarang sudah bertambah hampir mendekati Rp 5 juta perbulannya.
Ikut Pelatihan Digitalisasi
![]() |
Sahriuni mengaku, sebagai pemula, dirinya belajar soal media sosial dari YouTube dan Google. Kemudian dari situ ia ikut pelatihan-pelatihan digitalisasi dari Dinas Kopetasi UMKM Perdagangan Perindustrian.
Salah satu yang membuatnya berkesan yaitu yang baru-baru ini diikuti. Pelatihan yang dimaksud ialah Digital Entrepreneurship Academy (DEA), hasil kerja sama antara BBPSDMP Kominfo Makassar, Bakti Kominfo, Bea Cukai Makassar, dan Pemda Kabupaten Pangkep.
Program menarik ini diikuti oleh 150 peserta dan berlangsung selama dua hari, dari tanggal 28-29 November 2023. Acaranya dilaksanakan dari tanggal 28-29 November. Lokasinya berada di Gedung Serbaguna Dewakang, Kabupaten Pangkep.
"Kalau boleh saya cerita pelatihan yang diadakan oleh Kominfo itu yang kerja sama dengan Bakti, itu sebenarnya pelatihan yang kami tunggu-tunggu di Kabupaten Pangkep," tuturnya.
Di pelatihan tersebut, pemilik usaha Herbamira ini menyebutkan, bahwa para peserta diberikan ilmu yang sangat bermanfaat. Mereka diajarkan bagaimana foto produk menggunakan alat seadanya, membuat konten, dan mengembangkan bisnis.
"Di DEA itu kita diajarkan bagaimana untuk lebih go digitalisasi dan go global," imbuhnya.
Menurutnya, pelatihan DEA sangat membantu menjawab permasalahan-permasalahan yang ada di Herbamira. Contohnya seperti pembekalan ilmu soal membuat konten video untuk produk UMKM.
Setelah Sahriuni mempraktikkan apa yang diajarkan instruktur DEA, hasilnya begitu memuaskan. Ia langsung menerima 10 orderan baru.
"Pelatihan DEA kemarin itu sangat membuat saya pribadi sangat tercerahkan. Banyak hal-hal baru yang saya dapati di pelatihan DEA yang tidak saya dapatkan di pelatihan-pelatihan sebelumnya," ucapnya.
Dari penjelasan Sahriuni, DEA lebih mengedepankan praktik daripada teori. Berbeda dengan pelatihan-pelatihan sebelumnya, yang mana tidak ada pendampingan.
Setelah mengikut pelatihan DEA, ia berharap semoga usahanya semakin berkembang. Sahriuni kepingin omset Herbamira juga semakin besar, dikenal, dan dapat ekspor.
"Karena tagline kami dari Pangkep hingga mendunia. Mudah-mudahan dengan adanya pelatihan DEA kemarin menjadi cikal bakal awalnya Herbamira mendunia," pungkasnya.
(hps/fay)