Anak usaha Telkom, yaitu Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat) diberi waktu sampai dengan tahun 2024 untuk meluncurkan satelit baru mereka. Dengan waktu yang mepet bak proyek Roro Jonggrang, apakah Telkomsat mampu?
Doni Ismanto dari Indotelko Forum mengatakan bahwa pengerjaan manufaktur satelit biasanya dilakukan dalam dua tahun. Kemudian, setelah itu mencari slot peluncuran yang umumnya antriannya bisa setahun.
"Tapi, sekarang bisnis peluncuran satelit sudah kompetitif sejak ada SpaceX. Jadi, waktu empat tahun itu sudah cukup, malah bisa lebih cepat peluncurannya," kata Doni, Kamis (7/1/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun demikian, yang menjadi catatan adalah mencari pendanaan untuk membuat dan peluncuran satelit itu. Doni mengasumsikan bahwa Telkom bisa saja Nerbitin Bond atau mencari pinjaman.
"Ini nggak sulit bagi Telkom, soalnya financial statementnya positif," imbuh dia.
Telkomsat sendiri dipilih untuk mengamankan slot orbit 113 derajat BT, usai Indosat Ooredoo memilih untuk tidak melanjutkan bisnis satelit pasca kegagalan peluncuran satelit Nusantara Dua pada April lalu.
Satelit yang tadinya menggantikan satelit Palapa D yang berakhir 2020, gagal mencapai orbit akibat terjadinya anomali saat peluncuran. Salah satu dampak kegagalan peluncuran satelit Nusantara Dua adalah potensi penghapusan filing satelit Indonesia di slot orbit 113 BT oleh International Telecommunication Union (ITU), karena Indonesia tidak dapat menempatkan satelit di slot orbit 113 BT dalam batas waktu yang ditetapkan.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah mengajukan permohonan perpanjangan masa laku filing satelit Indonesia di slot orbit 113 BT. Radio Regulations Board ITU menerima permohonan Indonesia tersebut dan diberikan waktu hingga 31 Desember 2024 untuk menempatkan satelit di slot orbit 113 BT.
Terkait hal tersebut, Doni mengapresiasi Kominfo dalam memilih Telkomsat yang memang memiliki latarbelakang pemain satelit untuk mengelola slot orbit 113 derajat BT yang ditinggalkan Indosat.
"Pertama, saat ini jika dilihat dari aspek Finansial, operasional dan teknis, Telkomsat di mana di belakangnya adalah Telkom grup yang paling bonafid dan bisa menjadi jaminan dalam proposal perpanjangan filling ke ITU. Soalnya Telkomgrup sudah proven mengelola dua slot orbit dengan dua satelit, yakni satelit Telkom 3S dan satelit Merah Putih," tuturnya.
Disampaikannya, salah satu yang akan menjadi pertimbangan ITU menerima proposal Indonesia tentu melihat siapa operator yang ditunjuk mengelola slot orbit itu, dan nama Telkom grup dinilai proven di bisnis satelit.
"Kominfo harus melakukan pengamanan slot orbit, karena ini sumber daya terbatas. Salah memilih mitra bisa kehilangan filling. Kita sering bermasalah dalam slot orbit ini karena ada faktor-faktor di luar dugaan, seperti gagal luncur satelit dan lainnya. Jadi, langkah pengamanan slot itu adalah utama," pungkasnya.
(agt/fay)