Menyoal Jaringan 5G dan Satelit Cuaca, Apa Hubungannya?
Hide Ads

Menyoal Jaringan 5G dan Satelit Cuaca, Apa Hubungannya?

Anggoro Suryo Jati - detikInet
Jumat, 24 Mei 2019 14:23 WIB
Foto: detik
Jakarta - Di balik bermacam manfaat yang bisa dinikmati dari jaringan 5G, ada satu masalah mengenai jaringan anyar itu, yaitu masalah dengan satelit cuaca.

Frekuensi milimeter wave yang beroperasi di spektrum 24 GHz yang dipakai di jaringan 5G ternyata sangat berdekatan dengan spektrum yang dipakai oleh satelit microwave yang berfungsi mendeteksi perubahan cuaca.

Menurut NASA dan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), penggunaan spektrum yang berdekatan itu bisa menyebabkan interferensi. Akibatnya adalah penerimaan data dari satelit itu bisa tertunda yang menyebabkan waktu untuk evakuasi ketika badai datang bisa semakin sempit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahkan NASA dan NOAA menyebut hal ini bisa mengembalikan teknologi pendeteksi cuaca mundur selama 40 tahun karena mengurangi kemampuan manusia untuk memprediksi kedatangan badai yang mematikan dan mengurangi waktu evakuasi.




Data yang dikirimkan dari satelit ke bumi bisa menurun 77% dan mengurangi kemampuan memprakirakan cuaca sebesar 39%, demikian dikutip detikINET dari The Verge, Jumat (24/5/2019).

"Jika anda melihat kapan kemampuan kita memprediksi lebih rendah 30%, itu adalah pada tahun 1980an. Efeknya adalah berkurangnya kemampuan memprediksi badai selama kira-kira 2 sampai 3 hari," ujar kepala NOAA Dr. Neil Jacobs.

Menurut Jacobs, jika kita tak mempunyai data itu, kita tak akan bisa memprediksi kapan Badai Sandy bakal datang. Bahkan sebuah studi di Eropa menunjukkan dengan berkurangnya data sebesar 77% tersebut, model yang ada bakal memprediksikan kalau badai akan diam di laut dan tak merapat ke daratan.

Pada 19 April lalu, administrator NASA Jim Bridenstine juga mengeluarkan komentar serupa di House Science Committee. Menurutnya, bagian dari spektrum elektromagnetik itu dibutuhkan untuk membuat perdiksi di mana badai itu akan datang.

"Jika anda tak bisa membuat prediksi itu secara akurat, maka anda tak akan bisa mengevakuasi orang yang tepat atau anda bakal mengevakuasi orang yang tak memerlukan, yang mana adalah sebuah masalan," ujar Bridenstine saat itu.

Pihak industri atau pun FCC sebenarnya sudah memperkirakan masalah ini, karena peneliti pun sudah mendebatkan masalah ini sejak 5G pertama dikembangkan. Memang, versi 3GPP terbaru dari 5G disebut sudah dibuat sedemikian rupa untuk melindungi layanan satelit cuaca, yaitu dengan mengurangi tingkat emisi dari spektrum sinyal yang berdempetan, tepatnya antara spektrum 24,25 GHz sampai 27,5 GHz.

Namun menurut NOAA, emisi yang sudah dikurangi itu tetaplah belum cukup dan akan tetap mengkorupsi data penting, kecuali emisinya dikurangi lebih banyak lagi.

"Saya optimistis kita bisa mendapat solusi yang elegan di mana passive microwave sensing dan 5G bisa bekera berdampingan," pungkas Jacobs.



Wow! Inilah Berbagai Kecanggihan Internet 5G:

[Gambas:Video 20detik]

(asj/krs)