Akibatnya, Palestina harus menanggung kerugian sampai ratusan juta dollar hingga membuat ekonomi mereka melambat untuk melahirkan startup teknologi, di mana hal itu dinikmati di berbagai belahan dunia.
Saat ini, Israel telah mencabut larangan tersebut. Palestina mulai mendapatkan frekuensi guna menggelar jaringan generasi ketiga tersebut dan juga dapat melakukan impor peralatan pendukungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini sudah waktunya. Semua ini butuh waktu yang sangat sangat lama," ujar CEO Wataniya Durgham Maraee dikutip dari ABC News, Senin (15/1/2018).
Pengalaman menjajal 3G ini tidak bisa dirasakan oleh warga Palestina yang berada di Jalur Gaza. Israel masih melarang pemberlakuan layanan 3G di wilayah tersebut karena didominasi oleh kelompok Hamas.
Persoalan keamanan menjadi dalih di balik Israel memblokir 3G oleh Israel terhadap Palestina. Disayangkan, ketika ditanya lebih rinci, pihak Israel enggan untuk menjelaskannya.
Bank Dunia telah berulang kali mendesak Israel untuk melepaskan cengkeramannya soal ekonomi Palestina, sehingga memungkinkan Palestina meningkatkan pertumbuhan ekonomi di sektor swasta. Selain itu juga, guna mengatasi persoalan angka pengangguran.
Pada 2016, Bank Dunia menyebutkan Palestina kehilangan lebih dari USD 1 miliar di sektor. Itu merupakan potensi yang hangus digarap Palestina selama tiga tahun terakhir akibat pembatasan akses 3G. (agt/fyk)