Kasus yang menimpa satelit Telkom 1 membuat direksi dan manajemen Telkom terpaksa putar otak. Andai saja tak ada kejadian yang membuat ribuan ATM di Indonesia jadi offline, mungkin satelit Telkom 4 bisa jadi kado yang istimewa untuk HUT RI ke-73 nanti.
Sayangnya, takdir berkehendak lain. Telkom mau tak mau harus mempercepat peluncurannya. Pilihannya antara merayakan momentum, atau potensi kerugian yang lebih besar lagi jika tak buru-buru menerbangkan satelit Telkom 4.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Komposisinya, 70% menggunakan dua satelit sendiri, 30% lainnya sewa transponder dua satelit asing tersebut. Telkom memang tak merinci berapa biaya sewanya dan untuk berapa transponder. Namun bisa dipastikan jumlahnya mencapai ratusan miliar per tahun.
Artinya, semakin lama peluncuran satelit Telkom 4, ketergantungan Telkom terhadap satelit asing bisa bikin kocek pengeluaran terus membengkak. Kondisi ini disadari betul oleh Direktur Utama Telkom Alex J. Sinaga.
"Apstar dan ChinaSAT kita sudah lama kerja sama. Ketergantungan kita akan berkurang kalau sudah ada Telkom 4. Kalau masuk Telkom 5 sudah bisa cover semua, nggak sewa asing lagi. Di Telkom 6 mungkin kita sudah menyewakan ke yang lain, karena tidak semua negara punya satelit," kata Alex tadi malam di Graha Merah Putih, Jakarta, Minggu (10/9/2017).
Jadi mau tak mau, begitu Telkom mendapatkan respons dari International Telecommunication Union (ITU) untuk mengamankan slot orbit 108 bujur timur, Telkom akan mendorong pabrikan satelit dan peluncurnya untuk mempercepat proses antreannya.
"Khusus Telkom 4, kami sudah berkoordinasi dengan pabrikan satelitnya agar bisa memajukan 60 hari. Namun pabrikasi sendiri, peluncuran sendiri. Kami koordinasi dengan peluncur, apakah antreannya bisa dimajukan. Jika itu bisa berhasil, maka Telkom 4 bisa meluncur lebih awal," lanjut Alex.
Telkom sendiri telah memulai perjanjian kontrak untuk Telkom 4 terhitung sejak akhir Februari 2016 lalu. Untuk kontraktor utama pembuatan satelitnya (spacecraft) menggunakan Space System/Loral (SSL) dengan kontrak On Ground Delivery.
Sedangkan launcher atau roket peluncurnya menggunakan punyanya Falcon-9 dari SpaceX punyanya Elon Musk, yang juga memiliki pabrikan mobil Tesla. Kedua perusahaan ini berasal dari Amerika Serikat.
Karena pabrikan satelit dan peluncurnya sama-sama dari Amerika Serikat, maka satelit Telkom 4 rencananya akan diberangkatkan dari Cape Canaveral Air Station Space di Florida.
Satelit Telkom 4 sendiri akan memiliki kapasitas dan cakupan Standard C-Band sebanyak 24 transponder (Asia Tenggara), Standard C-Band 24 transponder (Asia Selatan), dan Extended C-Band 12 transponder (Asia Tenggara). Total kapasitas yang diusung sebanyak 60 transponder.
"Spesifikasi Telkom 4, kapasitasnya lebih besar, 60 transponder. Spektrumnya lengkap, ada Standard C-Band dan Extended C-Band. Sementara satelit Telkom 1 cuma punya 36 transponder. Jadi satelit Telkom 4 itu dua kali lipatnya," pungkas Alex.
(rou/yud)