Pertanyaan tersebut coba disodorkan ke President Director & CEO Indosat Ooredoo Alexander Rusli yang Oktober 2015 lalu turut menandatangani kesepakatan kerjasama dengan Google.
Menurutnya, Google Loon masih terkendala izin terbang di Kementerian Perhubungan dan Kementerian Pertahanan. Sehingga saat ini balon internet Google belum bisa diujicobakan oleh para operator.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami cuma ngetes komponen yang berhubungan dengan operator," kata Alex saat ditemui usai acara IWIC 2016 di kantor Indosat Ooredoo, Jakarta, Rabu (2/11/2016).
Melihat kondisi sekarang, Alex pun pesimis balon internet Google itu bakal terbang dalam waktu dakat. Malah bisa jadi molornya hingga tahun depan.
"Tahun ini sudah mau habis. Bisa tahun depannya, atau tahun depannya lagi," ujarnya sembari tertawa.
Dikaitkan soal isu keamanan, Alex tidak menampik. Menurutnya memang banyak pihak yang mempertanyakan hal tersebut.
"Masalahnya ada barang yang terbang di atas. Kan itu yang menjadi pertanyaan. Kalau bagi operator, barang itu nemplok di tower atau ngambang tidak ada bedanya," ujarnya.
Pria berkacamata ini pun menganalogikan Loon seperti umumnya BTS yang sering kita lihat. Hanya saja kebanyakan BTS berada di tower dan menggunakan kabel fiber. Sementara Loon mengambang dan menggunakan laser untuk koneksi point to point.
"Tapi karena posisinya mengambang itu ada yuridiksi yang berbeda. Jadi perlu izin yang berbeda dari departemen lain," pungkas Alex.
![]() |
Untuk diketahui kerja sama untuk menerbangkan balon Google telah disepakati bersama Telkomsel, Indosat, dan XL Axiata saat mengunjungi markas Google, akhir Oktober 2015 lalu. Balon Google itu rencananya akan menyebarkan sinyal 4G lewat udara di spektrum 900 MHz.
Balon Google ini nantinya akan terbang dan bergerak mengelilingi Indonesia di atas ketinggian 20 kilometer dengan radius pancaran sinyal 40 kilometer. Sinyal yang dihantarkan merupakan sinyal seluler 4G LTE dengan base station buatan Google sendiri.
Balon itu bisa terbang selama 150 hari di angkasa. Sebelum balon itu kempis, pihak Google akan mengarahkan lokasi pendaratan balon tersebut di daratan kosong, bukan di lautan, agar perangkat radio pemancarnya bisa diambil dan dimanfaatkan lagi.
Radio pemancar yang menempel di balon itu disediakan oleh Google, yang telah didesain khusus agar tahan terhadap air sampai angin kencang. Sementara itu, radio pada balon itu tetap terhubung dengan menara pemancar di darat milik operator seluler.
Dalam catatan, Google sendiri mengkalkulasi Indonesia membutuhkan sekitar 6.000 balon jika ingin seluruh area Nusantara kebagian sinyal dari atas balon udara. Namun yang diuji coba tak akan sebanyak itu.
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara memastikan Project Loon akan mengudara tahun 2016 ini. Dirinya mengaku baru saja menemui pihak X yang merupakan perusahaan yang menjalankan proyek balon internet Google ini.
Seperti diketahui, Project Loon atau balon internet Google merupakan inovasi teknologi yang dikeluarkan oleh Google X. Namun, kini perusahaan tersebut tinggal bernama X saja.
"Baru saja orang X yang ngurus Loon tadi ketemu saya. Mereka mau update ke kita dari sisi keamanan, dan mereka sudah komunikasi dengan Mabes TNI," ucap menteri yang akrab disapa Chief RA itu.
Rudiantara melanjutkan, kemudian Google X juga harus mengurus izin lalu lintas udara kepada Kementerian Perhubungan, sebagai syarat sebelum balon internet Google tersebut dapat mengudara di wilayah Nusantara.
Namun, karena waktu itu terjadi pergantian di puncuk Menteri Perhubungan dari Ignasius Jonan ke Budi Karya Sumadi, proses izin dari instansi tersebut jadi tersendat.
"Sebelum pergantian menteri, mereka sudah (mulai mengurus perizinan), tapi karena menterinya baru lagi, nanti diperbarui lagi," ungkap Chief RA.
(rou/rou)