Cashless society atau upaya mengurangi penggunaan instrumen tunai belakangan gencar diperkenalkan. Di kota-kota besar seperti Jakarta, tanpa disadari sebenarnya sudah mulai terbentuk cashless society.
Penerapannya antara lain dapat dilihat mulai dari penggunaan tiket kereta rel listrik, bus transjakarta, dan e-money yang ditawarkan sejumlah operator telekomunikasi. Namun bagaimana dengan yang di daerah-daerah?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di acara peluncuran kerjasama Telkomsel T-Cash dengan Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN), di Desa Ciampea, Bogor, Senin (18/4/2016), Pungky mengatakan timnya mengidentifikasi sejumlah tantangan dalam mewujudkan cashless society.
"Perilaku masyarakat yang merasa lebih aman dan nyaman dengan tunai, bagaimana menjaga tingkat keandalan terhadap sistem pembayaran itu sendiri, dan kondisi geografis sehingga banyak yang di daerah belum bisa menikmati cara-cara non-tunai," papar Pungky.
BI sebagai otoritas pengatur dan pengawas sistem pembayaran di Indonesia pun mencoba melakukan berbagai pendekatan agar masyarakat semakin aktif menggunakan beragam instrumen pembayaran non tunai.
"Inisiatif untuk mewujudkan itu antara lain melalui kerjasama dengan beberapa instansi pemerintah seperti dengan Pemprov DKI untuk tiket TransJakarta. Sekarang di berbagai provinsi lomba-lomba bikin smart city, mereka buat smart card. Sistem pembayaran non-tunai sangat kami dorong," terang Pungky.
Program-program semacam itu, dikatakan Pungky, gencar dilakukan setelah BI mencanangkan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yang ditandai dengan penandatanganan MoU dan deklarasi GNNT pada 14 Agustus 2014 lalu.
![]() |
Sementara itu, Sekretaris Eksekutif Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Bambang Widianto di acara yang sama mengatakan, ada dua hal penting dari terobosan mewujudkan cashless society.
"Bagaimana kita mendorongnya? Tahapan pertama adalah men-cashless-kan transaksi tunai. Produk seperti T-Cash Telkomsel ini bisa membantu mengakselerasi," sebutnya.
Tahap kedua, menurutnya, produk layanan keuangan seperti yang dihasilkan dari kolaborasi Telkomsel T-Cash dengan BTPN diharapkan bisa ikut meningkatkan produktivitas usaha kecil dan menengah (UKM).
"Ketimpangan ekonomi terjadi karena yang kaya tumbuhnya jauh di atas rata-rata mereka yang menengah ke bawah. Perlu didorong salah satunya dari sini, sehingga tercipta lapangan pekerjaan," jelasnya.
Potensi ini setidaknya terlihat dalam uji coba layanan T-Cash Telkomsel bekerjasama dengan BTPN yang diterapkan untuk mendukung program Nestle dalam membuka akses perbankan dan pendanaan bagi 20.000 petani swadaya yang menyediakan bahan baku untuk produksi kopi Nescafe.
"Jadi bagaimana ini bisa mendukung produktivitas UKM. Diharapkan bisa membantu para petani mengelola pendapatan dari hasil tani dengan lebih baik serta menyalurkan pinjaman bagi mereka untuk melakukan budidaya demi meningkatkan produktivitas," sebutnya.
Selain itu, uji coba juga dilakukan untuk pembayaran honor santri karya dan belanja para santri di lingkungan pesantren Daarut Tauhiid, Geger Kalong, Bandung.
Ke depannya, layanan Telkomsel T-Cash - BTPN ini berpotensi untuk dikembangkan di 3.000 pesantren di Indonesia, serta berbagai komunitas petani maupun komunitas ekonomi menengah ke bawah lain yang belum terjangkau layanan keuangan formal. (rns/ash)