Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
7 Hal yang Bisa Merusak Pesta 4G di Indonesia

7 Hal yang Bisa Merusak Pesta 4G di Indonesia


- detikInet

Jakarta - Layanan 4G LTE tak lama lagi bisa kita nikmati, paling cepat akhir 2014 ini. Namun jangan buru-buru senang dulu. Pasalnya, masih banyak kendala yang akan dialami saat tahap-tahap awal kehadirannya di Indonesia.

Euforia 4G rasanya tak jauh beda saat 3G baru pertama kali hadir di negeri ini sejak 2006 lalu. Perlu rentang waktu kurang lebih delapan tahun hingga akhirnya layanan ini matang. Namun itu pun belum semua bisa merasakan enaknya internetan pakai 3G.

Di era 4G ini, kondisinya tak akan jauh beda. Menkominfo Rudiantara pun mengaku sudah memprediksi kendala semacam ini. Pasalnya, chief RA -- sapaan akrabnya, sudah punya pengalaman soal urusan 3G sejak dia masih berbaju operator.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nah, apa saja masalah yang akan jadi potensi perusak pesta 4G di Indonesia? Kemudian apa saja yang harus segera dibenahi agar layanan mobile broadband ini mulus berjalan? Simak rangkuman detikINET berikut ini.

1. Perangkat Belum Siap

4G memang telah lebih dulu dinikmati negara lain. Itu sebabnya, banyak ponsel, tablet, maupun device lain yang sudah mengadopsi teknologi 4G LTE ke dalam handset tersebut.

Namun sayangnya, perangkat di luar negeri tak semua sama dengan handset yang masuk ke Indonesia. Tidak semua vendor ponsel membenamkan chipset LTE ke dalam perangkatnya di Tanah Air.

Belum siapnya perangkat smartphone untuk 4G LTE pun diakui oleh Menkominfo dan para petinggi operator seluler yang tengah menjajal teknologi ini.

"Kalau nunggu semuanya siap, memang tak akan siap. Itu sebabnya saya buka duluan izin komersialisasinya Desember ini, Harapan saya pertengahan tahun depan sudah siap ekosistemnya. Percuma kalau LTE sudah ada tapi ponselnya tidak bisa," kata menteri.

President Director & CEO Indosat Alexander Rusli juga mengakui, belum banyak handset yang ready untuk mendukung layanan 4G LTE di Indonesia.

"Chipset yang mereka gunakan beda untuk pasar Indonesia. Tapi harusnya dengan sudah adanya kepastian dari menteri, vendor ponsel akan berlomba-lomba menghadirkan ponsel 4G ke Indonesia. Harusnya mulai shipping di awal tahun nanti," katanya.

2. SIM Card Beda

Kartu SIM yang ada saat ini dipastikan akan jauh berbeda dengan SIM Card khusus untuk 4G. Jadi kata Alexander Rusli, President Director & CEO Indosat, tidak bisa sembarangan asal gunakan kartu yang lama.

"Orang banyak yang memotong sendiri juga. Pakai LTE, kartu yang lama nggak bisa. Karena di SIM card lama kapasitas memorinya lebih kecil. Kalau LTE harus 128 kilobyte. Selama ini juga sudah ada yang 128 kilobyte, tapi hanya MicroSIM saja," ujarnya.

Itu sebabnya, saat memesan kartu SIM terbarunya nanti, Indosat akan fokus untuk SIM card 128 kilobyte. Memorinya lebih besar dari yang terdahulu untuk 3G (32 kilobyte dan 64 kilobyte) karena menampung routing konfigurasi jaringan yang lebih kompleks.

"Penyelerasan itu harus dilakukan, kalau tidak makanya jadi handover. Memang harus kartu baru, handset baru. Yang ada sekarang belum semua bisa," ujarnya.

Di Samsung Galaxy Note 4 misalnya, meskipun untuk di luar negeri sudah bisa LTE, sementara saat masuk di Indonesia pun ternyata masih belum mendukung karena beda chipset-nya. Agar pelanggan bisa memastikan handset yang dimiliki siap 4G atau belum, Indosat pun mengundang untuk menjajalnya langsung di kantornya.

"Kalau mau, datang saja ke sini, nanti kita kasih trial card. Kita hari ini ada sediain beberapa ratus kartu. Izin formal trial cuma di gedung Indosat saja. Kami pilih di sini karena sudah sedikit yang pakai 2G," pungkas Alex.

3. Belum Ada Sertifikat

Selain masalah di kartu dan handset, yang dinilai belum siap untuk ekosistem 4G adalah radio jaringannya, seperti RAN alias Radio Access Network. Menurut menteri, masih banyak perangkat RAN yang belum tersertifikasi.

Belum tersertifikasinya perangkat jaringan ini juga yang membuat Kominfo belum mengizinkan operator untuk mengajukan uji laik operasi (ULO) untuk syarat komersialiasi 4G LTE.

"Karena kan untuk ULO ini operator harus kasih sertifikat dari vendor. Kalau belum sertifikasi, ya tidak bisa ikut ULO," kata Chief RA.

Sementara Indosat yang tengah menguji coba 4G LTE secara terbatas di 900 MHz mengklaim vendor yang dipilihnya untuk 4G telah memiliki sertifikat.Β  "Kita dengan Ericsson di Jakarta serifikasinya sudah dapat," klaimnya.

4. Gangguan Sinyal

Untuk tahap awal, Menkominfo baru mengizinkan spektrum 900 MHz sebagai rumah awal untuk 4G. Namun satu lagi yang jadi permasalahan, frekuensi itu juga diakui oleh bos Indosat masih tinggi tingkat gangguan sinyalnya.

"Interferensi di 900 MHz itu pasti ada, dan kita berperang melawan ilegal repeater. Tapi itu paralel, nggak usah dipikirin deh. Situasi di sini realitas saja," kata Alexander Rusli.

Menurutnya, masalah interferensi tak hanya dialami Indosat saja. Operator lain seperti Telkomsel dan XL Axiata yang juga akan memanfaatkan 900 MHz untuk 4G juga akan mengalami kendala serupa.

"Dengan operator tetetanga, soal interferensi kita kompak. Semua terganggu. Apalagi di sebelah yang juga mau launch. Karena 900 MHz itu yang paling lama tersedia. Jadi orang sudah lama pakai ilegal repeater dari dulu. Karena dulu lisensi yang pertama keluar di 900 MHz, baru keluar yang di 1.800 MHz," tandas Dirut Indosat.

5. Kutu Loncat Jaringan

Isu hand over alias perpindahan jaringan di layanan seluler diakui jadi salah satu kendala dalam menyelenggarakan layanan 4G LTE di Indonesia. Demi mulusnya layanan mobile broadband terbaru ini, apakah jaringan 2G akan dimatikan?

Kendala tentang hand over jaringan sempat diutarakan Joy Wahyudi, Director & Chief Sales Distribution Officer Indosat saat berbincang dengan detikINET di sela peluncuran trial Super 4G LTE di gedung Indosat.

Menurut Joy, sinyal 4G yang masih terbatas sering kalah bersaing dengan 3G dan 2G khususnya yang punya infrastruktur lebih banyak. Alhasil, jika 4G mau bagus, kata dia, 2G mau tak mau harus berani dimatikan. Mungkin tidak sekarang, tapi di masa depan.

"Jadi memang kita harus menunggu ekosistem siap. Suatu saat, 2G harus dimatiin karena itu sinyal terkuat dan akan drop ke situ terus. Jadi tergantung ekosistem. Kalau sudah ada yang lain juga ngikut. Yang penting network 2G-nya bisa dimatikan apa tidak," ujarnya.

Sementara menurut President Director & CEO Indosat Alexander Rusli, mematikan layanan 2G jelas masih sulit mengingat 70% lebih pengguna layanan seluler operator itu masih mengandalkan 2G. "Meskipun kami sudah modernisasi jaringan di 23 kota agar pelanggan terkunci di 3G, namun tetap saja 2G masih banyak yang jadi andalan. Di Sukabumi contohnya, meskipun kami market leader di situ, 85% penggunanya masih setia 2G," ungkap Alex.

Sementara mengenai isu hand over dan prioritas 2G, 3G, maupun 4G, Menkominfo Rudiantara menilai hal itu akan menjadi hitung-hitungan bisnis operator. Namun yang pasti, Kominfo tak akan mendorong operator untuk mematikan bisnis 2G jika malah mengganggu komunikasi pelanggan.

6. Ponsel Masih Mahal

Salah satu kendala yang dikhawatirkan Menkominfo Rudiantara dari ekosistem 4G LTE adalah ketersediaan ponsel untuk pengguna akhir. Apalagi harganya juga masih mahal.

Dalam trial di Indosat, para petinggi operator itu juga mengakui ponsel 4G masih banyak yang mahal. Masih di rentang harga Rp 3 juta sampai Rp 8 jutaan ke atas.

Namun para petinggi Indosat yang tengah menguji coba layanan LTE itu menilai tak perlu khawatir, karena sudah ada vendor ponsel yang siap menjual dengan harga di bawah Rp 1 juta.

"Sudah ada vendor lokal yang sanggup menjual di bawah Rp 1 juta. Salah satunya Polytron," ungkap President Director & CEO Indosat Alexander Rusli.

Menteri sendiri berharap, akan ada lebih banyak lagi vendor ponsel yang mengikuti jejak Polytron. Dengan semakin banyaknya vendor yang membuat ponsel 4G dengan harga murah, harapannya ekosistem layanan pita lebar seluler ini cepat terbentuk.

"Harapan saya kuartal kedua atau pertengahan tahun depan ekosistemnya sudah siap," harap Chief RA.

7. Tarif Bisa Naik

Satu lagi masalah yang mungkin bisa mengganggu pesta 4G ini, selain soal kualitas jaringan tentunya, adalah permasalahan soal tarif data.Β  Bukan tidak mungkin tarifnya akan membumbung tinggi jika mendengar pernyataan President Director & CEO Indosat, Alexander Rusli.

"Skema harganya pas launch mungkin per kilobyte, tapi nanti tak bisa lagi seperti itu," ujar Alex tanpa mau memastikan harga akan lebih murah atau tambah mahal. "Yang membuat kita susah keluar dari jebakan per kilobyte, itu karena jumlah aplikasi di Indonesia masih belum banyak jadi terpaksa kita jualan pipa saja, itu problem-nya," paparnya lebih lanjut.

Soal penyesuaian tarif, Menkominfo Rudiantara juga telah angkat bicara. Menurutnya, masalah tarif selalu di-review dari tahun ke tahun agar kompetisi tetap sehat namun tetap menghindari tudingan kartel.

"Kita akan review dari waktu ke waktu, kita juga ingin industri sehat. Tapi tetap harus memberi value pada pelanggan. Kita jangan hanya lihat operator kurang ini, kurang itu. Kalau dari kompetisi pasti tarif turun terus. Tapi kalau ada yang mau naikin, mungkin buat mereka sudah rasional," jelas menteri.

(rou/ash)









Hide Ads